August 09 15
Bright Diamond
Yah, aku sudah dewasa sekarang, lebih
tepatnya aku mulai terjun dalam dunia yang lebih tinggi lagi. Bukan hanya
pertemanan, tapi juga yang inti, yaitu perasaanku di seleksi dalam waktu ini,
ya! Lebih kompleks dan rumit, itulah kata yang cocok untuk kehidupanku
sekarang.
Sejujurnya aku senang dan penasaran
dengan alur cerita hidupku yang baru, seperti petualangan! Penuh dengan misteri
yang membuatku terkejut sekaligus takut. Ya! Sekali lagi ya! Aku masih belum
bisa menghilangkan masalah terbesar dalam hidupku, tapi aku sudah bertekad akan
berusaha untuk menghapusnya mulai sekarang. Semoga bisa! Amin…
Disini, saat ini, aku bukanlah aktornya,
tapi aku sebagai penengah, penengah yang selalu merasa sakit hati dan sengsara,
yah… apa boleh buat, sejujurnya aku lebih menyalahkan diriku sendiri daripada
orang lain, kesakitan hatiku karena sikapku, jadi… mau tidak mau aku harus bisa
menanggungnya. Untuk masaku sekarang, apalagi masalah yang bisa membuatku
tertusuk kalau bukan kecemburuan. Tapi sikap cemburuku itu tidak jelas, dan
cenderung senjata makan tuan, perasaan yang tak sampai yang akhirnya menjadi
senjata mematikan untukku sendiri. Ada empat orang termasuk aku, dan ada satu
lagi yang menjadi pusat dari segalanya, ya, mungkin aku bisa mnyebutnya sebagai
berlian yang mahal harganya, yang bersinar bak cahaya yang indah, namun siapa
yang bisa mengambilnya? Itu dia! aku dan tiga orang temanku ada disamping
berlian yang menakjubkan itu! Selanjutnya…
Aku dan satu orang diantara ketiga temanku,
sebut saja kotak putih, ia baik, sejalan, dan sepikiran denganku, ia menjadi
teman akrabku dimasa ini, dan pada masalah ini. Ia juga tidak banyak tingkah
sama sepertiku, namun ia satu level lebih baik daripada aku ketika
berinteraksi. Aku seharusnya lebih dekat satu langkah ketimbang ketiga temanku
yang lain menuju berlian indah itu, namun entah kenapa sikap konyolku muncul
kembali, yah… begitulah… patung itu, rasa beku itu, aku bahkan tidak sanggup
sekedar mengatakan hai pada benda menakjubkan itu, aku benar-benar tidak bisa!
Namun seseorang yang kusebut kotak putih lebih bisa menangkap sinar berlian
itu, ia terus melangkah maju sampai akhirnya ia hampir menggapainya!
Oh iya, masih ada dua lagi temanku,
sebut saja kotak pink dan kotak pelangi. Sebelumnya mereka benar-benar tidak
tahu akan desas-desus tentang berlian indah dan menakjubkan itu, namun lambat
laun mereka juga tertarik, mereka semua juga mulai mengikuti apa yang telah
dilakukan kotak putih sebelumnya, ya! Mereka bertiga! Mereka teman-temanku,
sebentar lagi mereka akan bisa meraih berlian itu! Lalu, bagaimana denganku?
Aku sendiri bagaimana? Aku? Ya, aku lah
yang terakhir, atau mungkin bukan yang terakhir tapi yang terhenti. Aku
benar-benar tidak bisa melanjutkan langkah seperti teman-temanku, aku bodoh!
Jujur aku membenci diriku sendiri karena ini, bukan! Tapi Karena sikapku
sendiri! Patung akan selamanya mematung, aku harap kata itu tidak terjadi
padaku. Tapi, sejauh ini itulah diriku.
Akulah penengah, ya! Berlian itu
sebenarnya adalah seorang manusia, ia juga merespon sesuatu, seperti halnya
merespon sikapku. Aku memberikan kesan yang buruk padanya, entahlah… bagaimana
gambaran diriku dihadapannya? Aku sendiri juga tidak tahu, namun firasatku
mengatakan aku cenderung mengabaikan berlian indah itu! Namun aku sendiri tidak
tahu pasti, aku begitu atau tidak, yang jelas sebenarnya dalam hatiku yang
paling dalam aku tidak bermaksud mengabaikan, aku hanya tidak bisa mengontrol
diri di depan berlian seindah itu, sehingga aku seolah-olah menunjukkan sikap
buruk dan tidak peduli.
Alur kisah belum berakhir. Ketika sampai
ditengah perjalanan, terjadilah konflik! Antara siapa? Tentu saja antara
temanku, kotak putih dan pink, seakan-akan mereka memperebutkan siapa yang akan
bisa menggapai berlian menakjubkan itu? Namun faktanya berlian itu lebih
memberikan sinarnya yang indah pada kotak pelangi dan kotak putih, sedangkan
kotak pink hanya kebagian sedikit, tapi konflik dingin terkadang masih muncul
antara kotak putih dan pink.
Aku sendiri, apa yang aku lakukan? Yah…
sudah kukatakan tadi, semua ini tentang kecemburuan! Berlian itu ternyata lebih
peduli pada kotak putih teman akrabku dan temanku yang lain, kotak-kotak yang
lain! Aku… aku hanya bisa tersenyum dan tertawa palsu dihadapan mereka yang
berbahagia telah mendapatkan cahaya indah dari berlian, padahal dalam diriku,
hatiku menangis, aku tahu kenapa, pertama aku telah salah menunjukkan bagiamana
harusnya sikapku terhadap berlian, kedua, entah kenapa berlian itu sama sekali
tak merespon apapun padaku, dia tak pernah memanggilku seperti yang telah dilakukannya
pada teman-temanku yang lain? Aku benar-benar diabaikan olehnya, ya! Ibaratnya
aku tidak ada diantara mereka semua! Dan itu sangat menyakitkan!
Penengah! Inilah maksudnya, kotak putih
selalu membuka tutupnya, memperlihatkan segala isinya padaku, apalagi tentang
berlian dan konfliknya terhadap kotak pink. Sebagai seseorang yang tidak
terlalu berperan, aku hanya bisa mendengarkan dan memberi masukan yang baik dan
masuk akal padanya, kotak putih. Namun sejalan dengan itu, hatiku terus
mengangis, terus menyalahkan diri sendiri, menyalahkan sikapku yang selalu
keliru ketika berhadapan dengan orang! Apalagi yang sejenis dengan berlian itu.
Namun sejujurnya, aku juga sangat menginginkan berlian itu, sama seperti
teman-temanku yang lain, tapi aku tidak bisa, aku merasa tersiksa dengan
sikapku sendiri, sebagai akibatnya, aku sakit hati terus. Namun, aku juga heran
sekaligus agak benci dengan berlian indah itu, kukira berlian itu sebaik
cahayanya yang selalu bisa menjangkau sudut manapun, namun yang kutangkap
sekarang, kesan berlian itu hanya ia berikan kepada orang-oarng tertentu. Siapa
saja yang dapat kesan dari berlian?
Kotak pink, pelangi, dan putih, mereka
mendapatkannya! Tapi aku, aku tidak mendapatkannya! Padahal aku juga ada
didekat mereka semua, ketiga temanku dan berlian itu! Tapi hanya aku yang tidak
mendapatkan! Itu membuatku lebih sakit hati lagi, sungguh tega sekali berlian
itu! Ia seakan-akan telah menghapus diriku dari pandangannya! :’(
Karya: Nila Zulva Rosyida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar