Follow Us @nila_zulva

Minggu, 01 Januari 2017

Bright Diamond




August 09 15
Bright Diamond
        Yah, aku sudah dewasa sekarang, lebih tepatnya aku mulai terjun dalam dunia yang lebih tinggi lagi. Bukan hanya pertemanan, tapi juga yang inti, yaitu perasaanku di seleksi dalam waktu ini, ya! Lebih kompleks dan rumit, itulah kata yang cocok untuk kehidupanku sekarang.
        Sejujurnya aku senang dan penasaran dengan alur cerita hidupku yang baru, seperti petualangan! Penuh dengan misteri yang membuatku terkejut sekaligus takut. Ya! Sekali lagi ya! Aku masih belum bisa menghilangkan masalah terbesar dalam hidupku, tapi aku sudah bertekad akan berusaha untuk menghapusnya mulai sekarang. Semoga bisa! Amin…
        Disini, saat ini, aku bukanlah aktornya, tapi aku sebagai penengah, penengah yang selalu merasa sakit hati dan sengsara, yah… apa boleh buat, sejujurnya aku lebih menyalahkan diriku sendiri daripada orang lain, kesakitan hatiku karena sikapku, jadi… mau tidak mau aku harus bisa menanggungnya. Untuk masaku sekarang, apalagi masalah yang bisa membuatku tertusuk kalau bukan kecemburuan. Tapi sikap cemburuku itu tidak jelas, dan cenderung senjata makan tuan, perasaan yang tak sampai yang akhirnya menjadi senjata mematikan untukku sendiri. Ada empat orang termasuk aku, dan ada satu lagi yang menjadi pusat dari segalanya, ya, mungkin aku bisa mnyebutnya sebagai berlian yang mahal harganya, yang bersinar bak cahaya yang indah, namun siapa yang bisa mengambilnya? Itu dia! aku dan tiga orang temanku ada disamping berlian yang menakjubkan itu! Selanjutnya…
        Aku dan satu orang diantara ketiga temanku, sebut saja kotak putih, ia baik, sejalan, dan sepikiran denganku, ia menjadi teman akrabku dimasa ini, dan pada masalah ini. Ia juga tidak banyak tingkah sama sepertiku, namun ia satu level lebih baik daripada aku ketika berinteraksi. Aku seharusnya lebih dekat satu langkah ketimbang ketiga temanku yang lain menuju berlian indah itu, namun entah kenapa sikap konyolku muncul kembali, yah… begitulah… patung itu, rasa beku itu, aku bahkan tidak sanggup sekedar mengatakan hai pada benda menakjubkan itu, aku benar-benar tidak bisa! Namun seseorang yang kusebut kotak putih lebih bisa menangkap sinar berlian itu, ia terus melangkah maju sampai akhirnya ia hampir menggapainya!
        Oh iya, masih ada dua lagi temanku, sebut saja kotak pink dan kotak pelangi. Sebelumnya mereka benar-benar tidak tahu akan desas-desus tentang berlian indah dan menakjubkan itu, namun lambat laun mereka juga tertarik, mereka semua juga mulai mengikuti apa yang telah dilakukan kotak putih sebelumnya, ya! Mereka bertiga! Mereka teman-temanku, sebentar lagi mereka akan bisa meraih berlian itu! Lalu, bagaimana denganku?
        Aku sendiri bagaimana? Aku? Ya, aku lah yang terakhir, atau mungkin bukan yang terakhir tapi yang terhenti. Aku benar-benar tidak bisa melanjutkan langkah seperti teman-temanku, aku bodoh! Jujur aku membenci diriku sendiri karena ini, bukan! Tapi Karena sikapku sendiri! Patung akan selamanya mematung, aku harap kata itu tidak terjadi padaku. Tapi, sejauh ini itulah diriku.
        Akulah penengah, ya! Berlian itu sebenarnya adalah seorang manusia, ia juga merespon sesuatu, seperti halnya merespon sikapku. Aku memberikan kesan yang buruk padanya, entahlah… bagaimana gambaran diriku dihadapannya? Aku sendiri juga tidak tahu, namun firasatku mengatakan aku cenderung mengabaikan berlian indah itu! Namun aku sendiri tidak tahu pasti, aku begitu atau tidak, yang jelas sebenarnya dalam hatiku yang paling dalam aku tidak bermaksud mengabaikan, aku hanya tidak bisa mengontrol diri di depan berlian seindah itu, sehingga aku seolah-olah menunjukkan sikap buruk dan tidak peduli.
        Alur kisah belum berakhir. Ketika sampai ditengah perjalanan, terjadilah konflik! Antara siapa? Tentu saja antara temanku, kotak putih dan pink, seakan-akan mereka memperebutkan siapa yang akan bisa menggapai berlian menakjubkan itu? Namun faktanya berlian itu lebih memberikan sinarnya yang indah pada kotak pelangi dan kotak putih, sedangkan kotak pink hanya kebagian sedikit, tapi konflik dingin terkadang masih muncul antara kotak putih dan pink.
        Aku sendiri, apa yang aku lakukan? Yah… sudah kukatakan tadi, semua ini tentang kecemburuan! Berlian itu ternyata lebih peduli pada kotak putih teman akrabku dan temanku yang lain, kotak-kotak yang lain! Aku… aku hanya bisa tersenyum dan tertawa palsu dihadapan mereka yang berbahagia telah mendapatkan cahaya indah dari berlian, padahal dalam diriku, hatiku menangis, aku tahu kenapa, pertama aku telah salah menunjukkan bagiamana harusnya sikapku terhadap berlian, kedua, entah kenapa berlian itu sama sekali tak merespon apapun padaku, dia tak pernah memanggilku seperti yang telah dilakukannya pada teman-temanku yang lain? Aku benar-benar diabaikan olehnya, ya! Ibaratnya aku tidak ada diantara mereka semua! Dan itu sangat menyakitkan!
        Penengah! Inilah maksudnya, kotak putih selalu membuka tutupnya, memperlihatkan segala isinya padaku, apalagi tentang berlian dan konfliknya terhadap kotak pink. Sebagai seseorang yang tidak terlalu berperan, aku hanya bisa mendengarkan dan memberi masukan yang baik dan masuk akal padanya, kotak putih. Namun sejalan dengan itu, hatiku terus mengangis, terus menyalahkan diri sendiri, menyalahkan sikapku yang selalu keliru ketika berhadapan dengan orang! Apalagi yang sejenis dengan berlian itu. Namun sejujurnya, aku juga sangat menginginkan berlian itu, sama seperti teman-temanku yang lain, tapi aku tidak bisa, aku merasa tersiksa dengan sikapku sendiri, sebagai akibatnya, aku sakit hati terus. Namun, aku juga heran sekaligus agak benci dengan berlian indah itu, kukira berlian itu sebaik cahayanya yang selalu bisa menjangkau sudut manapun, namun yang kutangkap sekarang, kesan berlian itu hanya ia berikan kepada orang-oarng tertentu. Siapa saja yang dapat kesan dari berlian?
        Kotak pink, pelangi, dan putih, mereka mendapatkannya! Tapi aku, aku tidak mendapatkannya! Padahal aku juga ada didekat mereka semua, ketiga temanku dan berlian itu! Tapi hanya aku yang tidak mendapatkan! Itu membuatku lebih sakit hati lagi, sungguh tega sekali berlian itu! Ia seakan-akan telah menghapus diriku dari pandangannya! :’(
Karya: Nila Zulva Rosyida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar