Follow Us @nila_zulva

Minggu, 01 Januari 2017

Sunset in Tokyo


Sunset in Tokyo

Matahari menampakkan sinarnya, membangunkan bunga kuncup, meneteskan embun yang membeku. Pantulannya menyilaukan mataku dipagi pertama di kota impianku (Tokyo, Jepang).
                Aku segera beranjak dari tempat tidurku untuk menikmati sejuknya pagi ditemani hangatnya kopi di teras depan apartemen di kota indah ini.
                Tak kusangka, aku telah berada disini, di kota ini, hanya dengan mengucap harapan dengan terus diiringi kerja keras dan do’a. “akhirnya Kau wujudkan semua ini Tuhan.. Terima kasih,” ucapku dengan mata berkaca-kaca.
                Selesai minum kopi, aku segera mandi, sarapan, terus lanjut jalan-jalan sama teman satu kamar sekaligus jadi partner satu-satunya dari Indonesia.
***
                Sekarang aku dan temanku Lexy, sedang berjalan-jalan di taman pusat kota. Suasana disini begitu indah, sejuk, bersih, dan rapi. Orang-orang disini sangat ramah, mereka saling menyapa satu sama lain.
                “Mela, kalau kamu aku tinggal sendiri tidak apa-apakan? Aku ada janji dengan temanku,” Ucap Lexy padaku.
                “iya tidak apa-apa kok,” kataku menjawab. “ya sudah aku tinggal dulu ya,” ucapnya lagi seraya pergi smbil melambaikan tangan padaku, akupun membalasnya dengan senyum.
                “hmm.. cari makan dulu ah...” gumamku dalam hati. Aku berjalan menyusuri setiap sudut kota ini, seakan aku tidak ingin melewatkan sedikitpun keindahan dari “Smart Country” ini.  Sampai akhirnya aku berhenti di depan kedai sederhana di kota Tokyo ini. Saat aku masuk, akupun langsung disambut oleh pelayan di kedai. Dia memberikan daftar menu padaku, disini tentu saja aku memesan semangkok soup dan segelas minuman khas Jepang. Sambil menunggu pesanan datang, aku melihat lukisan-lukisan di dinding yang menggambarkan sejarah dari kedai ini. Sesaat kemudian, pesananku datang,
                “selamat menikmati,” kata seorang pelayan dalam bahasa Jepang. “arigato..,” ucapku membalas. Setelah selesai makan aku kembali ke apartemen.
***
                Malam ini aku sedikit sibuk, aku harus segera menyiapkan semua persiapan berupa dokumen untuk presentasiku besok. Setelah itu, aku segera istirahat alias tidur.
***
                Pagi menyapa, aku segera terbangun dan bersiap menuju Universitas Kagistuma, salah satu universitas di Tokyo. “saatnya untuk memulai perjuangan kembali meraih sesuatu yang lebih baik.” ucapku pada diri sendiri. Setelah sampai, aku menunggu sambil melihat orang-orang yang telah hadir disana, yaitu para pemimpi yang akan menyampaikan visinya masing-masing. Akhirnya tiba giliranku, namaku sudah dipanggil! Rasa tegang menemani langkahku ketika aku maju ke depan. Sebelumnya, aku berdoa dan mengambil nafas agar aku bisa lebih tenang. Pertama, aku mengucapkan sapaan kepada hadirin yang telah hadir , setelah itu aku mulai menyampaikan hasil kerjaku, yaitu tentang “keanekaragaman budaya Indonesia”, serta visi utamaku adalah mengenalkan budaya Indonesia ke kancah internasional.
                “I think that’s all, and.. thanks for your attention.” Ucapku mengakhiri presentasiku, lalu aku berjalan kembali ke tempat duduk. “Akhirnya selesai juga, huh.. lega..” pikirku dalam hati.
                Jam menunjukkan pukul 13.00, nggak nyangka acaranya sudah selesai. Semua pesertapun saling berjabat tangan satu sama lain termasuk aku juga, aku sangat senang bisa bertemu orang-orang hebat disini apalagi bertemu para profesor, aku sngat senang!.
                “Mela, your presentation is very good, congratulation!” kata salah seorang profesor sambil menjabat tanganku.
                “yes, thank you profesor,” balasku sambil tersenyum.
***
                Karena tadi aku belum makan siang, akupun mengajak Lexy untuk pergi  ke sebuah rumah makan, “Lexy, cari makan yuk,”
                “maaf aku tidak bisa, tugasku belum selesai masih banyak nih, soalnya aku masih ada presentasi lagi besok, sorry ya, “ ucap Lexy seraya pergi.
“oh, ya sudah kalau begitu hati-hati ya,” jawabku sambil melambaikan tangan padanya.
“iya, kamu juga!” balas Lexy.
Akupun langsung menuju kedai yang kemarin aku kunjungi. Ketika aku sedang duduk menunggu makanan datang, tiba-tiba.. “Mela! Kamu Mela kan? Ini aku Rio, ingat waktu SMA?” ucap seorang pemuda datang dihadapanku. Eh, siapa? Ucapku dalam hati sambil mencoba mengingat.
“oh, Rio anak kelas XII IPS 1 itukan?” kataku bersemangat.
“iya” jawabnya sambil tersenyum. “kok kamu disini? Kuliah?” tanyaku pada Rio.
“ah, nggak, aku lagi jenguk eyangku, yang kebetulan beliau sedang sakit,” jawabnya. Aku dan Riopun mulai berbincang-bincang dan mulai berbagi cerita, termasuk berbagi nomor telepon, setelah itu aku dan Rio pulang bersama.
***       
Sebenarnya, aku mengagumi Rio dari kelas 2 SMA. Aku menyukainya, tapi dia selalu sudah punya pacar. Terus dia seringkali mengabaikan aku, nggak ngrespon sama sekali. Tapi, rahasia Tuhan memang mempertemukan aku dengannya siang tadi, di kota indah ini, senang rasanya. Aku mulai menuliskan moment bahagia bertemu dengannya di buku Diary. “kring.. kring.. kring...” Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi.
“Halo, siapa ya?” tanyaku.
“ini aku Rio,” jawab seseorang di telepon yang ternyata Rio!.
“eh, kamu, ada apa?” tanyaku lagi.
“ehm... kamu bisa nggak kalau besok aku ajak jalan-jalan keliling kota?” jawab Rio lagi sambil menawarkan rencananya.
Apa? Rio ngajak jalan? Pikirku tidak percaya, seketika hatiku merasa gembira. “halo? Mel, kok diam? “ Tanya Rio menunggu jawabanku.
“apa? Eh, iya, aku bisa,” ucapku gelagapan.
“ya sudah, besok aku jemput ya,” balasnya sambil menutup telepon. Sejenak aku merasa heran, tiba-tiba saja Rio ngajak aku jalan, oh my God, betapa senangnya diriku. Akupun langsung segera tidur, biar cepat pagi. ^_^
Sang surya terbit kembali, aku segera bangun dan mempersiapkan diri. Hari ini adalah hari yang indah buatku, Rio ngajak jalan! Berkali-kali terbayang dipikiranku. Pukul 08.00 pagi ini Rio datang, akupun langsung berangkat. Disepanjang waktu di hari ini, aku berbagi banyak cerita, berbagi tawa bersama Rio. Hari-hari telah berlalu, dan aku semakin akrab dengannya. Sampai pada suatu hari, aku duduk berdua dengan Rio, dipinggir pantai di sore hari sambil menunggu datangnya sunset.
“Mela?” ucap Rio tiba-tiba memanggil namaku.
“iya? Ada apa?”
“sebenarnya aku mau bilang masalah ini dari dulu, tapi aku takut kalau kamu.. “ belum selesai Rio melanjutkan ucapannya tiba-tiba Handphoneku berbunyi. “kring.. kring.. kring...”
“eh, sebentar ya, ada telepon,” ucapku seraya pergi agak menjauh dari Rio.
“ya, ini siapa?” kataku mengawali pembicaraan di telepon.
“SELAMAT!, kamu mendapat nilai terbaik dalam presentasi visi!” mendengar ucapan tersebut aku langsung merasa sangat senang. “apa benar? Nggak bohongkan? Terima kasih banyak...”
“Rio! Aku seneng banget, tau nggak, aku dapet nilai terbaik buat presentasi kemarin wow...” kataku lagi dengan penuh semangat.
“benarkah? kalau begitu selamat ya,” balas Rio kepadaku.
“iya, terima kasih, oh iya, kamu tadi mau bilang apa?”
“ehm... aku mau bilang kalau aku... aku... cin..ta sama kamu,”jawab Rio malu-malu.
“apa? Kamu suka sama aku? Kamu nggak bercandakan?” ucapku setengah tidak percaya. Benarkah dia mengucapkan itu? Aku tidak percaya dia mengatakannya, rasanya aku pengen teriak!!!.
“ehm... bagaimana Mel?” tanya Rio lagi menghamburkan aku yang masih terkejut akan kata-katanya tadi.
“aku... sebenarnya juga suka sama kamu,” jawabku sambil tersenyum malu.
Sesaat kemudian dengan raut muka bahagia, Rio mengambil sebuah kalung dari saku celananya, memintaku untuk memakainya, dan tentu saja aku mau. aku dan Rio saling bergandengan tangan, sembari melihat indahya sunset di sore hari yang begitu indah ini di Tokyo, bersama dengan bersatunya dua hati yang disebut CINTA.


THE END
Karya: Hana Satria Sakti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar