Tradisi Balon Udara
Lebaran
telah berlalu, tepatnya sudah H+6, dimulai tanggal 25 Juni 2017 hingga
sekarang. Hari pertama lebaran umumnya diawali dengan agenda wajib Sholat Ied
berjamaah di masjid-masjid yang tersebar di seluruh penjuru muka bumi yang
masih indah ini. Selanjutnya yaitu saling berkunjung (door to door) ke rumah-rumah tetangga, sanak saudara, teman, atau
para guru-guru yang rupanya jasanya telah berkesan di hati para anak didiknya.
Tentunya, acara jalan-jalan keluar masuk rumah-rumah ditujukan sebagai ungkapan
silaturahmi dan pelaksanaan ritual saling maaf memaafkan sesama manusia yang
dibarengi pula dengan icip-icip jajanan khas lebaran yang tersuguh cantik di
atas meja. Tidak lupa, harapan mendapat amplop berisi rupiah jelas tergambar di
wajah para bocah-bocah yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah. Biasanya,
kegiatan tersebut akan berakhir satu hingga dua hari lebaran atau paling lama
sampai tujuh hari lebaran. Namun, sekedar informasi, tempo tersebut agaknya
tidak berlaku di wilayah Kabupaten Ponorogo. Agenda ngelencer (Bahasa Jember) atau sejarah
(Bahasa Jawa Ponorogo) silaturahmi akan berlangsung bahkan sampai satu bulan
lebaran.
Eits...
tapi dalam tulisan ini, saya sebagai penulis tidak akan membahas tentang seluk
beluk keseruan suasana selama lebaran melainkan yaitu tradisi yang biasanya
muncul dihari awal lebaran. Yups! Detik-detik lepas landasnya balon udara. Hal
tersebut telah menjadi tradisi tahunan khususnya di Ponorogo. Sebenarnya, produksi
balon udara dilarang oleh pihak kepolisian karena insiden balon yang jatuh
berpotensi menyebabkan kebakaran dan terganggunya lalu lintas udara. Namun apa
boleh buat, nasi sudah menjadi bubur dan bubur sudah dibawa tukangnya naik
haji, jadi yang namanya tradisi sudah tentu sulit diatasi. Pagi, hari H
lebaran, akan tampak puluhan bahkan ratusan balon udara, mungil seperti noda-noda
putih dan hitam tersebar memenuhi langit biru angkasa.
Kemarin,
hari Minggu sekitar pukul 08.00 WIB setelah sholat Ied. Sang tetangga, yang
rumahnya mepet dengan kediaman penulis ialah pelopor terciptanya dua balon
udara, berukuran si mbok dan anaknya.
Balon telah dirancang dan diproses selama 7 hari 7 malam sebelum hari H
lebaran. Tak perlu banyak ragat untuk
membuat balon, cukup dengan tas plastik yang dipotong melebar dan disambung
menggunakan plaster serta dibentuk menyerupai kubus. Pada bagian bawah balon
dipasang sebuah rangka lingkaran dari bambu dengan tali kawat menyilang
ditengahnya, bagian tersebut berfungsi untuk mengaitkan buntelan kain handuk yang nantinya menjadi sumber bahan bakar asap
saat balon mengudara. Tidak lupa, disiapkan pula sebuah cerobong dari tong
bekas yang dijebol bagian dasarnya, tong berfungsi memudahkan pengisian asap ke
balon. Bahan bakar asap diperoleh dari hasil pembakaran daun kelapa kering.
Pagi
itu, para tetangga seluruh kalangan mulai dari balita, anak-anak, remaja,
pemuda-pemudi, Bapak-bapak, Ibuk-ibuk, sampai Embah-embah kompak berkumpul di
halaman rumah sang pelopor pembuat balon. Macam nonton konser bintang dangdut
Satria Bergitar. Bahkan, beberapa pengendara yang kebetulan melintas turut
berpartisipasi menonton, lengkap dengan ekspresi penasaran. Ketika balon sedang
diisi dengan asap, warga mulai sibuk mengoceh ngalor ngidul yang intinya... tidak ada intinya, hehe... semua
suara sahut-sahutan seperti dengungan tawon yang semrawut dan agak tidak jelas.
Setelah badan balon terisi kepulan asap penuh, para kru yang rata-rata masih
bocah berumur <15 tahun segera berbondong-bondong menggiring balon dan
menyalakan buntelan kain handuk yang
berlumuran minyak tanah. Beberapa detik kemudian balon telah dilepas dan
meluncur menjauhi tanah. Balon terus mengudara dengan posisi yang agak miring
kanan kiri karena sapuan angin, namun tetap stabil. Warga kembali bersorak
lebih keras dan ramai diikuti dengan kelapa, eh, kepala yang mendongak ke atas
memandang kemana si balon pergi.
Balon
pertama telah sukses terbang, selanjutnya giliran si anak balon yang ukurannya
lebih kecil. Tak butuh waktu lama untuk mengisi asapnya, hanya sekitar 5 menit.
Segera setelah buntelan handuk dinyalakan,
balon siap dilepas. Namun ternyata, balon hanya mengudara beberapa meter dan
turun lagi. Para kru segera kembali menjinakkan balon, ternyata masih kekurangan
asap. Setelah diisi lagi, balon kembali dilepas agar mengudara, yeay! Balon
mini melesat cepat ke langit. Angin menuntun balon ke arah utara. Selang
beberapa menit kemudian, terlihat jelas sebuah insiden dari kejauhan, di pojok
kanan atas terjadi kebocoran. Asap balon terus mengepul keluar, semakin cepat.
Tak dapat dipungkiri, balon mini akhirnya take off mendadak, meluncur maksimal
seperti pesawat yang kehilangan salah satu sayapnya. Salah dua bocah segera
memancal pedal motor dan gas penuh, bermaksud mengejar balon mini yang ngobos.
Akhirnya balon ditemukan tak jauh dari lokasi lepas landas, tepatnya di desa
sebelah, sekitar 1 km jauhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar