Follow Us @nila_zulva

Minggu, 16 Juli 2017

Tradisi Balon Udara saat Lebaran

Tradisi Balon Udara


Lebaran telah berlalu, tepatnya sudah H+6, dimulai tanggal 25 Juni 2017 hingga sekarang. Hari pertama lebaran umumnya diawali dengan agenda wajib Sholat Ied berjamaah di masjid-masjid yang tersebar di seluruh penjuru muka bumi yang masih indah ini. Selanjutnya yaitu saling berkunjung (door to door) ke rumah-rumah tetangga, sanak saudara, teman, atau para guru-guru yang rupanya jasanya telah berkesan di hati para anak didiknya. Tentunya, acara jalan-jalan keluar masuk rumah-rumah ditujukan sebagai ungkapan silaturahmi dan pelaksanaan ritual saling maaf memaafkan sesama manusia yang dibarengi pula dengan icip-icip jajanan khas lebaran yang tersuguh cantik di atas meja. Tidak lupa, harapan mendapat amplop berisi rupiah jelas tergambar di wajah para bocah-bocah yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah. Biasanya, kegiatan tersebut akan berakhir satu hingga dua hari lebaran atau paling lama sampai tujuh hari lebaran. Namun, sekedar informasi, tempo tersebut agaknya tidak berlaku di wilayah Kabupaten Ponorogo. Agenda ngelencer (Bahasa Jember) atau sejarah (Bahasa Jawa Ponorogo) silaturahmi akan berlangsung bahkan sampai satu bulan lebaran.
Eits... tapi dalam tulisan ini, saya sebagai penulis tidak akan membahas tentang seluk beluk keseruan suasana selama lebaran melainkan yaitu tradisi yang biasanya muncul dihari awal lebaran. Yups! Detik-detik lepas landasnya balon udara. Hal tersebut telah menjadi tradisi tahunan khususnya di Ponorogo. Sebenarnya, produksi balon udara dilarang oleh pihak kepolisian karena insiden balon yang jatuh berpotensi menyebabkan kebakaran dan terganggunya lalu lintas udara. Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur dan bubur sudah dibawa tukangnya naik haji, jadi yang namanya tradisi sudah tentu sulit diatasi. Pagi, hari H lebaran, akan tampak puluhan bahkan ratusan balon udara, mungil seperti noda-noda putih dan hitam tersebar memenuhi langit biru angkasa.
Kemarin, hari Minggu sekitar pukul 08.00 WIB setelah sholat Ied. Sang tetangga, yang rumahnya mepet dengan kediaman penulis ialah pelopor terciptanya dua balon udara, berukuran si mbok dan anaknya. Balon telah dirancang dan diproses selama 7 hari 7 malam sebelum hari H lebaran. Tak perlu banyak ragat untuk membuat balon, cukup dengan tas plastik yang dipotong melebar dan disambung menggunakan plaster serta dibentuk menyerupai kubus. Pada bagian bawah balon dipasang sebuah rangka lingkaran dari bambu dengan tali kawat menyilang ditengahnya, bagian tersebut berfungsi untuk mengaitkan buntelan kain handuk yang nantinya menjadi sumber bahan bakar asap saat balon mengudara. Tidak lupa, disiapkan pula sebuah cerobong dari tong bekas yang dijebol bagian dasarnya, tong berfungsi memudahkan pengisian asap ke balon. Bahan bakar asap diperoleh dari hasil pembakaran daun kelapa kering.
Pagi itu, para tetangga seluruh kalangan mulai dari balita, anak-anak, remaja, pemuda-pemudi, Bapak-bapak, Ibuk-ibuk, sampai Embah-embah kompak berkumpul di halaman rumah sang pelopor pembuat balon. Macam nonton konser bintang dangdut Satria Bergitar. Bahkan, beberapa pengendara yang kebetulan melintas turut berpartisipasi menonton, lengkap dengan ekspresi penasaran. Ketika balon sedang diisi dengan asap, warga mulai sibuk mengoceh ngalor ngidul yang intinya... tidak ada intinya, hehe... semua suara sahut-sahutan seperti dengungan tawon yang semrawut dan agak tidak jelas. Setelah badan balon terisi kepulan asap penuh, para kru yang rata-rata masih bocah berumur <15 tahun segera berbondong-bondong menggiring balon dan menyalakan buntelan kain handuk yang berlumuran minyak tanah. Beberapa detik kemudian balon telah dilepas dan meluncur menjauhi tanah. Balon terus mengudara dengan posisi yang agak miring kanan kiri karena sapuan angin, namun tetap stabil. Warga kembali bersorak lebih keras dan ramai diikuti dengan kelapa, eh, kepala yang mendongak ke atas memandang kemana si balon pergi.

Balon pertama telah sukses terbang, selanjutnya giliran si anak balon yang ukurannya lebih kecil. Tak butuh waktu lama untuk mengisi asapnya, hanya sekitar 5 menit. Segera setelah buntelan handuk dinyalakan, balon siap dilepas. Namun ternyata, balon hanya mengudara beberapa meter dan turun lagi. Para kru segera kembali menjinakkan balon, ternyata masih kekurangan asap. Setelah diisi lagi, balon kembali dilepas agar mengudara, yeay! Balon mini melesat cepat ke langit. Angin menuntun balon ke arah utara. Selang beberapa menit kemudian, terlihat jelas sebuah insiden dari kejauhan, di pojok kanan atas terjadi kebocoran. Asap balon terus mengepul keluar, semakin cepat. Tak dapat dipungkiri, balon mini akhirnya take off mendadak, meluncur maksimal seperti pesawat yang kehilangan salah satu sayapnya. Salah dua bocah segera memancal pedal motor dan gas penuh, bermaksud mengejar balon mini yang ngobos. Akhirnya balon ditemukan tak jauh dari lokasi lepas landas, tepatnya di desa sebelah, sekitar 1 km jauhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar