LUPAKAN
Kata siapa ia tak pernah menangis?
Bukan
Ia terlalu kenyang dengan pengabaian
Iya, bak lauk sarapan di pagi hari
Ia bahkan sudah bosan diabaikan
Ia telah lelah dimanfaatkan
Bak zaman romusa, kerja rodi sudah biasa ia laksanakan
Sedikitpun tidak, tidak dengan beban
Karena hatinya sudah lupa tentang apa itu terbebani
Ia tak pernah menangis dalam derita
Iya, karena deritanya tidaklah datang sekali, dua kali
Ia sudah hafal betul dengan itu, sampai ia tak kenal apa itu luka
Air matanya justru bermuara ke tempat yang salah dan begitu konyol
Tangisnya akan turun membanjiri sebuah drama, film, dan karangan fiktif lainnya
Tangisnya terlampau kering bila terjun dalam realitas yang mengerikan
Namun sedu sedannya masih disana
Menyeruak kala air mata menetes sedikit demi sedikit
Mengamburkan serpihan-serpihan kaca yang tajam menggores
Hingga terisak dalam pandangan yang kurang pas
Ah.. lupakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar