Follow Us @nila_zulva

Rabu, 08 Agustus 2018

ARTI TENGGELAM YANG KUAGUNGKAN


TENGGELAM




Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
(aku tidak bermaksud apapun, semua yang kuketik dalam blog ini hanyalah kekagumanku semata, tentang betapa menakjubkannya segala ragam pikiran dan perasaan seorang makhluk yang bernama manusia. Segala yang kutulis kuhargai begitu mengesankan dan unik sekali [bukan tulisannya cuy], bersyukur pada akal, Ciptaan Nya)

Hari ini, aku mengetahui satu hal.

Aku suka sekali kata-kata ini. Tenggelam, yeah!!! Aku tidak tahu, tapi tenggelam memiliki makna yang begitu dramatis dan dalam... setidaknya begitu menurutku

Iya, kembali, hari ini

Mengapa aku mengetik tulisan ini? Karena aku mendengar sebuah jawaban dari seorang teman,
Aku sedang mengikuti sebuah kegiatan wajib bangku pendidikan... mendapat tanggung jawab, melaksanakan program kerja, beberapa...

92 hari lamanya, semuanya harus selesai

Iya, ini serius! Setidaknya begitu menurutku,

Setidaknya 45 hari telah berjalan hingga tulisan ini diketik...

Banyak hal dan aktivitas yang telah, sedang, dan akan aku lakukan, dengan 19 orang teman yang belum lama kukenal
Beberapa program kerja telah terlaksana,



iya... momen yang tak pernah absen aku laksanakan, penasaran!

Penasaran tentang apa? Tentang pemikiran orang lain, tepatnya 19 orang temanku, tentang kegiatan 92 hari ini

Hari demi hari telah pergi, memori yang berlalu seluruhnya juga telah sukses terukir menjadi sebuah kenangan, hingga aku tiba pada hari ini, sore tadi...

Salah seorang teman secara tidak sadar, tulus mengucapkan hal yang sangat aku ingin ketahui dari awal, penasaranku terjawab

Kurasa selama ini aku memang teggelam, yah! Aku mengalihkan topik,

Iya, aku membahas tenggelam baris ini...

Selama ini aku memvonis diriku sendiri, aku tenggelam, mengapa?

Bukan! Bukan tenggelam di dalam air, bukan! Ini semua tentang pikiran dan imajinasiku, ya! Pikiranku terlalu tenggelam dalam segala aktivitas, hingga aku nyaris mencapai dasarnya dan lupa jalan menuju daratan

Bisa kau pahami? Ya, mungkin tidak, atau pasti tidak!

Baik, aku beri contoh. Begini,

Contohnya seperti berikut

Aku seorang murid, aku mendapat tugas, aku harus membuat sebuah essay 500 kata tentang sebuah desa yang memiliki potensi terpendam. Tugas tersulitnya adalah melakukan observasi ke desa itu, mencari segala potensinya, dan menuliskan dalam sebuah essay 500 kata, tidak lebih dan tidak kurang

Tahu apa yang akan aku lakukan?

Tentu saja, tenggelam... pikiranku akan tenggelam dalam tugas essay itu, memikirkan seluruhnya untuk tugas itu, hingga aku tidak peduli kesenangan macam apa yang menggodaku untuk tidak mengerjakan tugas

Saat temanku menggoda untuk mengambil jalan pintas, meng-copy dari hasil yang sudah ada misalnya, atau mencari bantuan orang lain untuk mengerjakan sepenuhnya, seperti itu, apa jawabanku? Tentu, aku menolak, pikiranku yang tenggelam akan memikirkan segalanya, termasuk tentang sebuah tindak yang kurang benar, buruk, dan tanggung jawab

Disaat yang lain, telah rampung dan finish jauh mendahuluiku, pikiranku justru akan terbayang-bayang tentang hukuman apa yang akan aku terima jika aku tidak mengerjakan tugas itu dengan cara dan hasil yang benar (hukuman yang haqiqi, kau tahu? Bukan sesama manusia, yang berlaku saat ini, tapi nanti)

Okay, sudah cukup

Kembali ke sebuah pernyataan temanku dan rasa pensaranku

Sore ini, kala aku sedang pergi berdua dengan temanku, kami sedang mengantre pesanan kami, sekilo ayam goreng krispi yang lezat, ayam masih diproses di penggorengan dan semacamnya, kami menunggu berdua, lumayan lama, hingga aku sedikit merasakan kantuk

Disela-sela waktu menunggu itu, kami saling berbicara, menanggapi dan menjawab

Topik yang kami bahas seputar kegiatan kami 92 hari, kesukaan/minat kami masing-masing, atau tentang suatu hal yang kebetulan kami temukan dalam sorotan pandang saat itu juga

Aku nyeletuk membahas program kerja yang kami lakukan, lebih tepatnya program kerja yang belum maksimal, tertunda, belum dilaksanakan dengan baik

Aku bertanya padanya, bagaimana tanggapannya?

Yah, jawabannya agak membuatku terkejut, tak terduga bagiku sama sekali, namun aku cepat-cepat menyelipkan sepucuk tawa dan nada bercanda saat menanggapinya

Bisa menebak apa yang ia katakan?

Ia tidak mengatakan tidak peduli sebenarnya, namun kata-kata yang terlontar dari mulutnya sangat mewakili rasa ketidakpedulian itu, “mau terlaksana atau tidak, masa bodoh dengan proker!”, mungkin seperti itu

Ah, tau tidak, karena aku tenggelam, pikiranku akan terbayang-bayang oleh proker yang tidak terlaksana dengan baik, jiwaku seperti dipanggil, aku harus bergerak untuk menyelesaikan proker itu entah bagaimana caranya, meskipun aku tahu akan berakhir dengan hasil yang tidak sesuai/sebagus seperti yang diharapkan, namun rasa pertanggung jawaban atas terlaksananya proker akan terus membayangiku

Sedangkan dia, temanku? Mudah sekali mengatakan ketidakpeduliannya?

Sekian detik aku berpikir, lalu apa arti sebenarnya tentang kegiatan 92 hari ini? Dia seperti sama sekali tidak ada hati di 92 hari ini? Atau ia melakukan hanya untuk menyelesaikan kewajiban, lalu berakhir dan menghilang tanpa arti begitu saja? Atau bagaiamana? Atau aku yang terlalu berlebihan (lebay) dalam menanggapi dan menuliskan semua ini? Ah.. aku tidak mengerti

Yang jelas selama ini, aku merasa arti kata tenggelam yang kuidolakan, terfavorit dalam pikiranku ternyata bermakna seperti ini, mengertikan?

Iya, tidak apa-apa kalau tidak mengerti, mungkin lebih baik begitu

Tapi ada yang lebih tidak kumengerti... tentang perasaan mereka

Yang tidak seserius pikiranku tentang menanggapi suatu kejadian seperti contoh yang baru saja kuketik

Mengapa mereka bersikap seperti itu?

Seperti tidak menganggap apapun tentang apa yang mereka lakukan? Ketika semuanya selesai, ya sudah, selesai... mungkin mereka akan lebih senang saat semuanya selesai, begitukah?

Yah... aku sendiri sebenarnya tidak terlalu berkontribusi banyak, yah... apalah yang bisa dilakukan oleh manusia berzona nyaman sepertiku? Hanya pikiranku saja yang terlalu berrlebihan merasakan dan menanggapi suatu hal, sedangkan respon nyataku sama sekali diam

Ah.. entahlah, aku tahu akupun tak lebih baik sama sekali dari mereka...

Sekian, terima kasih...

Salam coret!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

By: NZR
Tulisan ini selesai diketik dan disunting pada pukul 00.45 WIB
Aku luwe, durung mangan, tapi gak ngantuk mergo efek kopi lek ku ngombe isya’ mau
Bar iki mangan, uhuy! Ayam goreng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar