I am Sorry Stranger
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Suatu hari seseorang mengirimkan pesan singkat
memanggil namaku melalui Twitter. Dia memanggil namaku seakan-akan kita sudah
pernah bertemu dan berteman sebelumnya. Padahal tidak.
Dia orang asing yang benar-benar tak pernah
kukenal sebelumnya. Sangat abstrak, tidak ada informasi yang berarti kecuali 3
hal. Dia hanya melakukan retweet di Twitter pribadinya tanpa pernah membuat
cuitan tentang dirinya sendiri.
Pertama, dia meretweet informasi seputar bola, sekitar
90 persen kurasa, semuanya tentang bola. Dari itu, jelas orang asing itu
penggemar bola.
Kedua, biodata Twitternya menyebut sebuah merek
‘Eiger’ dan foto profilnya hanya menampakkan bagian badan saja, full badan
dalam tampilan lingkaran foto profil. Dia memakai jaket dan tas khas laki-laki
pendaki. Dari itu aku menyimpulkan, kemungkinan besar dia suka mendaki.
Ketiga, nama akun Twitter miliknya adalah sebuah
nama puncak gunung di Swiss. Itu semakin menguatkan bahwa orang asing itu
memang suka mendaki.
Aku yang cepat kepo tentang orang asing di
media sosial itu secara otomatis langsung melakukan pencarian di Google. Sedapat-dapatnya
berbekal dari nama akun Twitternya saja.
Tentu saja, aku buntu tanpa hasil apapun!
Percakapan dalam pesan dadakan itu pun dimulai,
but! Kesan pertama sejujurnya sudah membuatku jengkel. Bagaimana tidak,
dia sebagai orang asing main tanya-tanya aja ini itu tanpa memperkenalkan diri
dulu.
Ibaratnya tamu, dia langsung main nyelonong aja
ke dalam rumah tanpa ketok pintu atau bilang permisi. Hm…
Bahkan, aku sampai nanya ‘siapa namanya?’
sampai tiga kali (dah masuk itungan sunnah rosul nggak tuh). Setiap ditanya namanya
siapa malah balik nanya dengan pertanyaan dia. Setelah 3 kali kutanya, baru dia
jawab nama aslinya yang sama sekali gak nyaut dengan nama akun Twitternya.
Dia kemudian pakai metode sat set di zaman yang
emang serba sat set sekarang ini, si dia pun minta pengen ketemu. Yah.. aku
yang dasar agak sembrono main ‘iya, iya aja’ pas diajak ketemuan. Yah…
itung-itung buat menantang diri sendiri gitu, soalnya nggak pernah ketemuan
dengan orang asing cuma berdua (mikirku begitu).
Belum genap 24 jam, jiwa overthinking-ku
baru bergejolak, aku mikir sampai ke mana-mana tentang orang asing itu, dan aku
agak menyesal kenapa langsung jawab iya pas diajak ketemu. Iya kalau orang
baik, kalau orang jahat gimana? Apalagi aku cuma tahu namanya doang, selebihnya
kagak ngarti!
Ya bukannya suudzon, cuma di zaman yang
agak edan begini kan ya perlu hati-hati dan waspada dalam segala situasi dan
kondisi. Sampek kepikiran, apa pas ketemuan nanti aku bawa pisau dapur aja? Aku
sembunyiin di tas, buat jaga-jaga kalau ada sesuatu (ehe, maap saya korban
pilem).
Setelah berpikir sampai agak pusing, aku
memutuskan untuk tanya-tanya lagi ke orang asing ini. Apa alasan dia mengajak
aku kenalan? Alamat dia di mana? Tanggal lahir berapa?
Dari situ, semangatku untuk kepo tentang orang
asing itu dan agak pengen ketemu langsung ambyar. Usia dia ternyata agak jauh. Dia
nyarinya juga yang serius pengen langsung ke jenjang sono tuh!
Setelah tau gitu, (mohon map) sejujurnya ya aku
pilih mundur saja. Kayaknya jaraknya terlalu jauh dan takut gak nyambung
pemikirannya. Lagian secara itungan weton juga kurang pas (ahahahaha).
Setelah itu, dia masih sempet ngajak ketemuan
lagi, beberapa kali. Nanya alasan kenapa aku nolak? Ya gimana ya, kalau jadi
ketemu, takutnya ntar aku kesulitan buat mundur, nggak enak bilang tidak,
sebagai orang yang sungkanan, menyiksa dan susah banget buat bilang ‘TIDAK’! Hadeh….
Ya sudah, setelah aku menolak secara halus dan
meminta maaf, tiba-tiba dia gone begitu saja! Coba tebak, dia memblokir akunku
dong… (jujur agak kaget sih) tapi ya udahlah, beban pikiranku berkurang…
Dari itu, aku pengen ngasih sedikit saran tapi
keburu diblokir, kenapa sih masnya?
Pertama. Kalau kenalan mboknya sebut namanya siapa
dulu, baru permisi mau kenalan. La ini ujuk-ujuk ngirim pesan nggak jelas
siapa, ya bingung lah, Anda siapa? Tahu-tahu dah nanya ini itu.
Kedua. Kalau ditanya A ya dijawab A. Bukan malah
ditanya A malah balik tanya B, itu gimana konsep percakapannya?
Ketiga. Masih soal identitas. Udah tau dunia maya/media
sosial itu rawan tipu-tipu, nyata apa nggak itu perlu dibuktikan. La masnya malah
tampil dengan akun abstrak begitu. Ini yang diajak kenalan ya bingung dong. Ini
akun beneran apa akun bot? Atau akun milik oknum siapa… gitu, kan takut…
apalagi baru ngetik satu, dua kalimat langsung ngajak ketemuan, hayooo…
Ya, kalau niat dari awal pengen kenalan, ya
harusnya akun medsos yang ditampilkan ditata, didesain sedemikian rupa sejelas-jelasnya,
biar yang diajak kenalan itu ngerti. Ngelamar kerja aja kudu pake CV yang JELAS
dengan desain menarik, apalagi mau ngelamar anak orang? Tolong ya… (terima
kasih)
Keempat (terakhir). Tentang Tindakan memblokir saat
yang diajak kenalan nggak mau. Menurutku ini agak gimana…. gitu. Kesannya kayak
tidak menerima dengan penolakan itu. Menurutku sih nggak perlu sampai memblokir,
apalagi orang yang nolak juga pakai kata-kata yang masih sopan. Gimana ya, ya
gitulah, agak disayangkan aja Tindakan pemblokiran ini. Tapi ya hak dia,
suka-suka dia, monggo…
Ya… mungkin itu memang cara dia buat segera
move on, atau mungkin merasa kecewa lantas memblokir saja biar kecewanya nggak
berlarut-larut?
I don’t know sikapku dalam tulisan ini kayaknya masih salah
ya, tapi itu pendapatku
Sekian terima kasih…
Salam coret!
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar