Follow Us @nila_zulva

Rabu, 01 Maret 2017

Puisi Si Gadis




Si Gadis

Cerita serpihan daun trembesi kini berhenti, karena gadisnya telah pergi, katanya
Berulang-ulang sang orange terbit, selanjutnya melambai ditelan sang barat,
Ia selalu bertanya lewat cahaya
Petak-petak paving yang berlumut juga tidak mengabarkan,
Tak pernah absen hingga ia pekat lekat merapat
Kemana si gadis dengan langkah ringan kakinya?
Yang membelai debu disetiap pijaknya?
Ah... rupanya si debu tetap rindu tiap hempas sepatunya
Ia, yang bersuara lirih nan tulus, berkeluh kesah pada kami,
Yang senyatanya bisu dimatanya,
Bibirnya yang pucat terkadang tersenyum sangat sedikit,
Namun cukup, meluluhkan secercah sinar, memeluk kami
Kemana dia? dan pohon masih berdoa, menoleh memanjangkan kayunya
Berharap mereka mendengar sunyi suara khasnya, kenapa?
Karena hanya merekalah rindunya, merekalah sebongkah hatinya,
Hati yang meringis dan menangis
Yang istimewa ia persembahkan kepada mereka,
Para debu yang bersahabat, biji trembesi yang lumer terinjak, dan sang mentari, yang selalu indah melukis cahaya disela-sela ranting, tanpa kanvas, tanpa kuas

Penulis: Nila Zulva R.
01 Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar