Follow Us @nila_zulva

Rabu, 11 Oktober 2017

SOMBONG | AROGANT


SOMBONG | AROGANT

       Okay, aku tahu ini akan menjadi tulisan yang abstrak dan semrawut, tapi aku tahu yang seharusnya aku lakukan dari zaman dahulu kala. Satu hal! Aku harus menulis setiap kata, kalimat, yang berputar, berhembus dalam otakku, yang dalam hitungan detik, akan menghilang tanpa aku menyadari apa yang sebenarnya kupikirkan.
           Aku memulainya dengan kata SOMBONG. Entahlah, tiba-tiba aku ingin menulis itu saat ini, iya, sekarang aku sedang duduk bersila, dengan sebuah guling berada dipangkuanku, aku di dalam kamar sendirian. Saat ini waktu menunjukkan pukul 16.25 WIB dengan suara bising dari selepan padi heboh bergemuruh di halaman rumah, sebentar lagi aku juga harus segera menyiapkan beras untuk dimasak dialat yang biasa disebut magiccom, aku juga harus mandi, cuci piring, dan membuat dua gelas teh untuk ayah dan adik. Tapi sebelum itu semua aku lakukan, kata KESOMBONGAN muncul begitu saja dikepalaku, membuatku ingin membahasnya sejenak, sebelum kata itu kabur seperti sulap.
Aku mengatakan, aku pemikir, akut. Setidaknya, itu menurutku. Seringkali aku mengoreksi diri sendiri, selanjutnya membandingakan diri sendiri dengan orang lain. Aku tahu itu adalah hal yang rawan berbahaya. Nah, dalam proses pembandingan atau analisa diriku sendiri, seringkali kesombongan mampir. Entahlah, aku merasa seperti itu, dan... pertanyaanku adalah... apa manusia lain merasakan hal yang sama? Sebegitu sering? Disetiap otak kita berpikir sesuatu, kesombongan muncul? Apa seperti itu? That is my questions! And I know, I think... I need a psikiater to explain that, with detail of course.
             Sebagai contoh... ketika aku merasa diriku sebagai penulis dan aku memiliki bakat itu. Eits... that is the problem, ketika aku mengatakan diriku berbakat dalam kepenulisan, sombong akan datang. Tak perlu lama menunggu, sombong entah seperti asap, tanpa suara, tanpa permisi, sombong datang. Awalnya tidak terasa, aku merasa baik-baik saja ketika aku berpikir... tapi... kesadaran seringkali terlambat datang. Ketika pemikiran dan sombong seketika bercampur aduk, semuanya seperti mimpi, mimpi yang membuai dengan nikmat, tanpa sebuah kesadaran disana. Barulah setelah segala pemikiran itu selesai, sadar akan muncul, hm... atau bahkan parahnya, tidak!
           Ketika aku sadar, aku merasa takut. Sejujurnya aku takut namun juga penasaran. Sombong muncul dikepalaku, setidaknya masih disitu, belum sampai mulut ikut campur. That is mean... aku sombong dalam diriku sendiri. Aku belum mempublikasi, bisa dikatakan seperti itu, tapi... this is my next question, apa itu akan memberikan efek? Akibat? Dosa? Penyakit hati? Semudah itu? Aku takut. Aku benar-benar takut.
          Mataku dapat memandang normal, aku bisa melihat segalanya, ciptaan Yang Maha Kuasa dengan sangat jelas, tanpa kaca mata, Alhamdulillah... mataku akan memproses untuk menikmati, sedang otakku akan menerima hasilnya. Otakku akan mulai berpikir. Sejujurnya, otakku seperti mesin otomatis, apapun yang aku lihat, otak akan memprosesnya dengan cepat, sedetik! Puluhan bahkan ratusan pemikiran, pendapat, komentar, dan pujian akan berterbangan memenuhi otakku, kepalaku. Apa kalian merasakan hal yang sama sepertiku? Pertanyaan ini juga membuatku penasaran.
           Inilah cara kerja otakku. Begitu banyak pemikiran yang akan timbul ketika indraku merasakan, mendengar, mencium, mengecap, dan yang lainnya, seperti air bah yang dahsyat bergejolak, timbul begitu saja. Hm... itulah kesimpulanku, kenapa aku menyebut diriku sebagai pemikir. Satu hal yang kulihat, akan ada puluhan atau bahkan lebih, pemikiran yang terlahir dari satu hal yang kulihat itu. O iya, sombong, sombong juga begitu, akan muncul ketika pemikiran muncul. Itulah mengapa aku takut. Mungkin... seberapa banyak aku berpikir, sebanyak itulah sombong akan merayuku, otak dan hatiku.

          Penawar? Aku ingin tahu, apa ada penawarnya? Atau? Apa aku bisa mencegah datangnya sombong dalam pikiranku? Hm... kalau mencegah, kelihatannya sulit atau bahkan tidak bisa. Oh, hari sudah sore, sudah pukul 16.44 WIB. Ada banyak pertanyaan yang muncul, dan belum terjawab. Apa kata ampunan kepada Allah bisa menghapus sombong otomatis ini? Seperti... Astaghfirullahal’adzim mungkin? Ya Allah, penyakit sombong selalu muncul secepat cahaya tertangkap dimataku. Salah Coret!

By: NZR
Zaman Bahulak
Munek-munek
Alhamdulillah | Astaghfirullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar