HILANG SEMALAM
Malam minggu,
seharusnya menjadi malam yang begitu indah untuk menghabiskan sisi gelap dunia
bersama orang terkasih. Duduk di atas kursi kayu yang terukir, memandang angkasa
dengan meneguk secangkir kopi hangat. Di depan mata, terduduk juga seseorang
yang menurut kita spesial, bukan berarti pacar, bisa jadi teman kita yang
sejalan sepikiran, atau siapapun yang memiliki tempat istimewa di hati kita
masing-masing. Mengapa langit sekarang begitu bersih cemerlang? Lengkap dengan
sang rembulan yang bulat sempurna? Apalagi ditambah taburan gemerlapan bintang
gemintang yang mungil namun mempesona? Ah... sial! Aku hanya bisa menatap lewat
bingkai jendela kamar kos, sendirian.
Besok ada ujian dadakan
dari Pak Sugi! Benar-benar menyebalkan! Terpaksa rumus SKS (Sistem Kebut
Semalam) sesegera mungkin harus aku terapkan. Jam sudah menunjuk pukul sebelas,
sebentar lagi tengah malam. Aku belum bisa konsentrasi, aku hanya memandang
kosong halaman-halaman buku yang penuh berisi rumus. Hasrat belajarku hilang
entah kemana. Aku berkali-kali membenarkan posisi duduk, mencari kenyamanan.
Tanganku berusaha mencorat-coret sedangkan pikiranku berpikir keras,
menghitung.
Tengah malam sudah
lewat, cepat sekali. Kini waktu sudah beranjak menuju pukul dua, aku masih
dapat seperempat dari buku setebal 527 halaman. Dua gelas kopi tandas kuteguk
satu jam yang lalu, menyisakan ampasnya yang hitam melekat di dasar gelas kaca.
Aku mencoba membaca cepat, langsung ke latihan-latihan soal. Melewati soal yang
sulit.
“tulalit... tulalit...
tulalit, tulalit!”
Alarm ponselku
berbunyi! Disusul bunyi ayam jago tetangga yang berkokok nyaring. Sedetik
kemudian aku tersandar, sontak aku terlonjak dari tempat dudukku. Berdiri.
Selembar kertas menempel erat dipipiku.
“aku terlambat!!!” aku
berteriak histeris.
Kertas segera
kuhamburkan. Jatuh terhuyung-huyung ke lantai. Mandi? Tidak sempat! Segera
kupakai baju sekenanya, sepatu, serta memasukkan buku dan kertas sembarangan ke
dalam tas. Aku segera berlari, melintasi gang sempit, berbelok ke jalan raya,
asal menyeberang. Suara klakson melengking memekakkan telinga. Aku tidak
peduli, terus berlari. Hah! Akhirnya, aku tiba dikampus.
Aku mendorong pintu
kelas. Melangkah masuk. Aku berjalan sempoyongan dengan nafas putus-putus.
Duduk. Sesaat kemudian daun pintu terbuka lagi, terdorong dari luar. Pak Sugi
datang.
“baik, hari ini ujian
saya tunda, sebagai gantinya kalian presentasikan tugas yang telah kalian
kerjakan kemarin,” ucap Pak Sugi sambil mencari posisi tempat duduk. “presentasi
pertama, Ina Soraya,”
Apa?! Pak Sugi menunda
jadwal ujian dan memanggil namaku diurutan pertama. Edan! Aku segera berdiri,
kedua kakiku gemetar. Tugas dua minggu yang lalu! Tentu saja aku sudah lupa,
apalagi tentang rumus mekanika bahan! Ya Tuhan...! Tidak ada alasan untukku
untuk tidak maju kedepan dan presentasi. Kakiku berjalan terbata-bata,
pikiranku kacau. Belum selesai aku mengatur nafas, aku sudah mulai jantungan
lagi. Berdegup kencang.
Aku persis berdiri di
depan semua teman-temanku juga termasuk satu-satunya bapak dosen, Pak Sugi. Aku
juga sudah menayangkan tugas di layar proyektor, saatnya aku mulai berbicara.
“ehm.. jadi...
saya...,”
Entah apa yang aku
katakan, aku bahkan tidak mengerti kata apa yang keluar dari mulutku sendiri.
Aku memandang wajah Pak Sugi, terkejut. Aku heran. Pak Sugi tertawa
terbahak-bahak, begitu pula teman-temanku. Aku terdiam, melongo, apanya yang
lucu? Eh! Aku masih memakai atasan baju tidur! Benar aku tadi berganti pakaian,
tapi hanya celanaku saja! Aku refleks menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal,
seperti kebiasaanku ketika salah tingkah di depan banyak orang. Aku ber-eh!
Lagi. Ada sisir dikepalaku! Astaga! Gemuruh tawa semakin pecah. Eh! Sepatuku!
Kenapa Cuma sebelah? Sebelahnya lagi sebuah sandal jepit yang sudah membulak
warnanya.
“tulalit... tulalit...
tulalit... “
Loh! Kenapa ada bapak
tukang jualan es krim duduk di bangku kuliah di dalam kelasku? Sejak kapan pula
ada gerobak es krim di pojokan kelas?! Kenapa begini?!
Aku melotot, kaget.
Mengedipkan mata beberapa kali, memastikan aku benar-benar bangun dan sadar.
Aku celingukan. Tidak ada tukang jualan es krim, tidak ada Pak Sugi, juga
teman-teman. Aku masih di kamar! Tertidur! Matahari sudah naik. Terang. Aku ada
ujian!!! Aku harus segera berangkat! Eh! Ada sms! Ujian ditunda! Ya ampun...
*Note: cerpen ini dibuat hanya dalam
waktu kurang dari satu jam, dimulai pukul 23.09 – 23.55 WIB (14 Oktober 2017).
Kenapa begitu? Karena deadline penulisan ialah saat ini juga, empat menit
setelah kukirim adalah waktu terakhir pengiriman naskah. Dua hari terakhir, aku
tak kunjung menemukan ide! Akhirnya, karena hasrat kuat ingin ikut lomba
menulis cerpen, terciptalah karya di atas. Entah apa yang kutulis, pokoknya aku
segera cepat-cepat menekan hampir seluruh tombol di keyboard laptop. Ide terus mengalir, seadanya. Hm... ya sudahlah...
BTW, cerpen di atas temanya raib, nyaut nggak kira-kira sama ceritanya? :D
By: NZR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar