Follow Us @nila_zulva

Senin, 20 November 2017

Cerpen Tema Raib Berjudul Hilang Semalam


HILANG SEMALAM

Malam minggu, seharusnya menjadi malam yang begitu indah untuk menghabiskan sisi gelap dunia bersama orang terkasih. Duduk di atas kursi kayu yang terukir, memandang angkasa dengan meneguk secangkir kopi hangat. Di depan mata, terduduk juga seseorang yang menurut kita spesial, bukan berarti pacar, bisa jadi teman kita yang sejalan sepikiran, atau siapapun yang memiliki tempat istimewa di hati kita masing-masing. Mengapa langit sekarang begitu bersih cemerlang? Lengkap dengan sang rembulan yang bulat sempurna? Apalagi ditambah taburan gemerlapan bintang gemintang yang mungil namun mempesona? Ah... sial! Aku hanya bisa menatap lewat bingkai jendela kamar kos, sendirian.
Besok ada ujian dadakan dari Pak Sugi! Benar-benar menyebalkan! Terpaksa rumus SKS (Sistem Kebut Semalam) sesegera mungkin harus aku terapkan. Jam sudah menunjuk pukul sebelas, sebentar lagi tengah malam. Aku belum bisa konsentrasi, aku hanya memandang kosong halaman-halaman buku yang penuh berisi rumus. Hasrat belajarku hilang entah kemana. Aku berkali-kali membenarkan posisi duduk, mencari kenyamanan. Tanganku berusaha mencorat-coret sedangkan pikiranku berpikir keras, menghitung.
Tengah malam sudah lewat, cepat sekali. Kini waktu sudah beranjak menuju pukul dua, aku masih dapat seperempat dari buku setebal 527 halaman. Dua gelas kopi tandas kuteguk satu jam yang lalu, menyisakan ampasnya yang hitam melekat di dasar gelas kaca. Aku mencoba membaca cepat, langsung ke latihan-latihan soal. Melewati soal yang sulit.
“tulalit... tulalit... tulalit, tulalit!”
Alarm ponselku berbunyi! Disusul bunyi ayam jago tetangga yang berkokok nyaring. Sedetik kemudian aku tersandar, sontak aku terlonjak dari tempat dudukku. Berdiri. Selembar kertas menempel erat dipipiku.
“aku terlambat!!!” aku berteriak histeris.
Kertas segera kuhamburkan. Jatuh terhuyung-huyung ke lantai. Mandi? Tidak sempat! Segera kupakai baju sekenanya, sepatu, serta memasukkan buku dan kertas sembarangan ke dalam tas. Aku segera berlari, melintasi gang sempit, berbelok ke jalan raya, asal menyeberang. Suara klakson melengking memekakkan telinga. Aku tidak peduli, terus berlari. Hah! Akhirnya, aku tiba dikampus.
Aku mendorong pintu kelas. Melangkah masuk. Aku berjalan sempoyongan dengan nafas putus-putus. Duduk. Sesaat kemudian daun pintu terbuka lagi, terdorong dari luar. Pak Sugi datang.
“baik, hari ini ujian saya tunda, sebagai gantinya kalian presentasikan tugas yang telah kalian kerjakan kemarin,” ucap Pak Sugi sambil mencari posisi tempat duduk. “presentasi pertama, Ina Soraya,”
Apa?! Pak Sugi menunda jadwal ujian dan memanggil namaku diurutan pertama. Edan! Aku segera berdiri, kedua kakiku gemetar. Tugas dua minggu yang lalu! Tentu saja aku sudah lupa, apalagi tentang rumus mekanika bahan! Ya Tuhan...! Tidak ada alasan untukku untuk tidak maju kedepan dan presentasi. Kakiku berjalan terbata-bata, pikiranku kacau. Belum selesai aku mengatur nafas, aku sudah mulai jantungan lagi. Berdegup kencang.
Aku persis berdiri di depan semua teman-temanku juga termasuk satu-satunya bapak dosen, Pak Sugi. Aku juga sudah menayangkan tugas di layar proyektor, saatnya aku mulai berbicara.
“ehm.. jadi... saya...,”
Entah apa yang aku katakan, aku bahkan tidak mengerti kata apa yang keluar dari mulutku sendiri. Aku memandang wajah Pak Sugi, terkejut. Aku heran. Pak Sugi tertawa terbahak-bahak, begitu pula teman-temanku. Aku terdiam, melongo, apanya yang lucu? Eh! Aku masih memakai atasan baju tidur! Benar aku tadi berganti pakaian, tapi hanya celanaku saja! Aku refleks menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal, seperti kebiasaanku ketika salah tingkah di depan banyak orang. Aku ber-eh! Lagi. Ada sisir dikepalaku! Astaga! Gemuruh tawa semakin pecah. Eh! Sepatuku! Kenapa Cuma sebelah? Sebelahnya lagi sebuah sandal jepit yang sudah membulak warnanya.
“tulalit... tulalit... tulalit... “
Loh! Kenapa ada bapak tukang jualan es krim duduk di bangku kuliah di dalam kelasku? Sejak kapan pula ada gerobak es krim di pojokan kelas?! Kenapa begini?!
Aku melotot, kaget. Mengedipkan mata beberapa kali, memastikan aku benar-benar bangun dan sadar. Aku celingukan. Tidak ada tukang jualan es krim, tidak ada Pak Sugi, juga teman-teman. Aku masih di kamar! Tertidur! Matahari sudah naik. Terang. Aku ada ujian!!! Aku harus segera berangkat! Eh! Ada sms! Ujian ditunda! Ya ampun...

*Note: cerpen ini dibuat hanya dalam waktu kurang dari satu jam, dimulai pukul 23.09 – 23.55 WIB (14 Oktober 2017). Kenapa begitu? Karena deadline penulisan ialah saat ini juga, empat menit setelah kukirim adalah waktu terakhir pengiriman naskah. Dua hari terakhir, aku tak kunjung menemukan ide! Akhirnya, karena hasrat kuat ingin ikut lomba menulis cerpen, terciptalah karya di atas. Entah apa yang kutulis, pokoknya aku segera cepat-cepat menekan hampir seluruh tombol di keyboard laptop. Ide terus mengalir, seadanya. Hm... ya sudahlah... BTW, cerpen di atas temanya raib, nyaut nggak kira-kira sama ceritanya? :D

By: NZR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar