GAK DOYAN CUMLAUDE!?
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Teman-teman yang baik hatinya...
dunia pendidikan adalah dunia yang di dalamnya dominan dikenal dengan tugas,
peraturan, ujian, dan nilai. Anak paling pintar adalah anak yang memiliki nilai
tertinggi, ranking terbaik, no. 1. Iya, begitu. Mungkin seperti itu, isi
pikiran dari anak usia SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat, sampai SMA/MA
sederajat, kecuali kalau kalian sudah sadar duluan, berpikir out of the box, hehe...
Begini, anak pintar/cerdas/jenius
dan sebangsanya sesungguhnya bukanlah diukur oleh nilai yang tertulis di atas
kertas, bukan! Tapi, [menurutku] anak yang bisa menerapkan dengan baik seluruh
ilmu yang ia dapat dan mewujudkannya secara nyata, begitu. Karena pembuktian
kecerdasan melalui tulisan angka saja tidak cukup.
Hm.. aku benar-benar bingung mau
menulis apa sebenarnya, hadeh... payah!
Intinya, mengapa aku menuliskan
judul gak doyan cumlaude?
Seharusnya, umumnya banyak
mahasiswa dipastikan menginginkan/mengharapkan dapat lulus perkuliahan mendapat
hasil terbaik dengan predikat cumlaude.
Sejujurnya aku juga seperti itu, dulu... tapi sekarang, aku memutuskan mengedit
tulisan harapan baik itu, mengapa?
Kuliah bertahun-tahun membuatku
semakin sadar tentang diriku dan kemampuanku sendiri, iya. Dunia perkuliahan
sejatinya bukanlah dunia pendidikan yang rapi dan terkontrol seperti ketika
SD/SMP/SMA, bukan! Tapi perkuliahan adalah dunia pendidikan yang akan menjadi ajang
pencarian jati diri kalian masing-masing. Dan sekarang aku sedikit menemukan
dan mengerti...
Mencapai cumlaude? Bagaimana? Mudah sekali! Iya, aku katakan itu mudah!
Jangan bolos, rajin mengerjakan
tugas, dan jangan langgar peraturan, intinya cari aman saja, dan usahakan
nilaimu selalu baik, sudah, predikat cumlaude?
Bisa! But! Mengapa aku mengatakan mudah? Perlu digaris bawahi, kata-kata
usahakan nilaimu baik, aku yakin, nyaris semua orang akan mencari segala cara
untuk mendapatkannya, dan itu benar-benar mudah sekali, bisa jadi semudah
membalikkan telapak tangan, iya!
Tapi, setelah lulus, setelah
berhasil mendapat cumlaude? What will
happen?
Buat apa mahasiswa cumlaude? Yang sekadar cumlaude, tanpa skill mumpuni, tanggung jawab! Itu yang berat. Nilai yang tertulis
di kertas dengan predikat cumlaude,
dicapai dengan cara bagaimana? Kasihan sekali jika berakhir seperti... “tong
kosong nyaring bunyinya”.
Aku sendiri membayangkan seperti
ini, jika dirimu berhasil mendapat predikat cumlaude
namun sesungguhnya dirimu kosong, pujian, tepukan, sorak sorai para dosen,
teman-teman, orang tua, saudara, dan para tetangga pastinya tidak akan tertelan
manis bahagia, namun akan terasa menyiksa, karena tanggung jawab atas nilai
baik yang kau dapat dari cumlaude
nyatanya tak lebih dari sebatas tulisan angka yang bagus
Tahap selanjutnya, apa?
Kekosongan dan bingung...
Lebih baik menjadi pribadi yang
mendapat nilai standar namun memiliki skill,
1 skill tidak apa-apa, asal cukup
mumpuni di dalamnya dan dapat dikembangkan dan selanjutnya diandalkan, sebagai
modal langkah selanjutnya, hehe.. ngomong
sok iye! Bes, gobes, ngono intine
Sekian
Salam coret!
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
By: NZR
Hm.. dapat cumlaude boleh kok, itu bagus J
mening jul.. lanjutkan nulise..
BalasHapusHehe... Siap mas
BalasHapusAda pengalaman soal hal tersebut ga nih,, seru deh kaya.e kalau ada pengalaman mengenai ini
BalasHapusInshaAllah, tapi tk thu kapan terbitnya, hehe
BalasHapus