Follow Us @nila_zulva

Sabtu, 24 November 2018

HUNTING ALONE




HUNTING ALONE

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sendiri itu... bebas, lepas, tanpa, batas, :D

Anugerah semester akhir, lumayan banyak waktu luang, alhamdulillah

Hari Selasa waktu itu, pukul 07.00 WIB pagi, aku masih duduk termenung di dalam kamar kos. Duduk menyandar tembok sambil anteng memandangi layar laptop 14 inchi. Membosankan! Kupandangi benda lain, sebuah kamera Nikon yang kusewa kemarin. Aku menatap lensa besar itu lamat-lamat, lalu kukatakan pada diriku sendiri, aku harus Minggat!

Eits! Tidak secepat itu Ferguso! 3 jam aku berkutat dengan rasa bosan, mager, dan malas! Payah! Dasar anak kos, yang kalau kesentuh kasur, bagai terjun ke tempat paling nyaman seantero dunia. 3 jam aku berusaha mengumpulkan semangat, kekuatan, dan motivasi yang kucari sendiri, aku menceramahi diriku sendiri, sesekali memaki diriku sendiri, supaya aku bergerak keluar dari kos-kosan, iya, sampai segitunya!

Next! Pukul 10.00 WIB tepat, aku bersiap-siap, mengenakan ransel [berisi kamera, air sebotol, buku, pulpen, smartphone, dan dompet], sepatu kets, dan memakai masker hitam. Alasanku memakai masker ialah supaya aku tidak dikenal orang dan membuatku lebih PD keluyuran, hehe.. konyol bukan?! Padahal sejujurnya, aku agak kurang nyaman memakai masker, karena pernafasanku sedikit terasa sesak, namun bodo amat.

Aku memutuskan keluar sendiri, karena temanku sibuk semua, eh, nggak juga sih, ada temanku laki-laki, tapi kalau keluar hanya berdua, tidak! Mending aku keluar sendiri, yeah! Tujuanku sudah bulat kuputuskan ialah pergi ke Pasar Tanjung dan Alun-alun Jember. Kampus sebenarnya sudah cukup menarik untuk dipotret, tapi kadar PD ku kurang cukup, karena dipastikan ada beberapa orang yang mengenalku [itu membuatku kurang nyaman, hm... aku sendiri tidak mengerti mengapa begitu!?], jadi aku lebih memilih pergi ke tempat dimana aku tidak mengenal mereka dan begitupun mereka, tidak mengenalku.

Karena tidak punya kendaraan sepedah motor, aku jalan kaki. Aku berjalan kaki dari kos ke tempat dimana angkutan umum biasa lewat [sekitar kampus], membutuhkan waktu 15 menit. Lanjut! dari kampus ke pasar tanjung sekitar... berapa ya? Mungkin juga 15 menit, naik angkot, bayar Rp. 5.000 saja. Di dalam angkot, di depanku, duduk sepasang kakek nenek, wajah mereka lumayan keriput, ya iyalah! Wkwk. Aku membuka masker, biar aku leluasa bernafas, sekian menit kemudian, aku memberanikan diri mengeluarkan kamera, merekam suasana di dalam angkot, dan mengarahkan lensanya ke sepasang kakek nenek tadi. Sudah, kumasukkan lagi kamera ke dalam tas.

Ah... akhirnya, sampai juga di Pasar Tanjung. Tanpa tengok kanan kiri, aku langsung bablas masuk ke dalam pasar, tak lupa, aku memasang masker lagi, menutup separuh wajahku. Aku naik ke lantai dua, karena ku tahu di lantai bawah, kondisi lumayan ramai dan sudah pasti aku tidak akan berani mengeluarkan kamera dan mengambil gambar, wkwk

Aku benar-benar keluyuran seperti orang hilang! Sendirian! Hampir semua mata penjual, pembeli, maupun penghuni di dalam pasar yang lain, menatapku dengan tatapan aneh. Bagaimana tidak? Kebanyakan mereka adalah kalangan bapak-bapak dan ibuk-ibuk yang sibuk dengan kegiatan khas jual beli mereka, sedangkan aku, yang masih bocah, tiba-tiba nongol, dengan tampilan berbeda, pakai masker pula, macam ninja! Mondar-mandir nggak jelas, hehe.... Tapi aku mencoba tegar, tidak menggubris, bodo amat, hidup-hidup gue! Jujur pikiranku agak bingung, aku jarang sekali masuk pasar, apalagi di lantai 2, aku sama sekali tidak tahu denah tata letak pasar seperti apa? Mana jalan masuk dan keluar?

Aku, yang tanpa kusadari, telah berjalan lumayan cepat dan agak tergesa-gesa, membuatku seperti orang hilang betulan, aku terus melangkah melewati barisan pedagang yang riuh berjejalan, sambil celingukan kanan kiri, mencari tempat yang menarik untuk dipotret dan sepi, hehe... namun sensasi keluyuran itu, sangat kunikmati, itu benar-benar menyenangkan! Serius!

CRINGE MOMENT!!!

WOAH! Ketika aku sumringah menemukan lorong sepi di dalam pasar, aku baru sadar, langkahku benar-benar salah besar! OUCH! Aku kepergok! Eh salah, aku yang memergoki! Ya Allah... Astaghfirullah... jantungku berdebaran sesaat cuy! Aku terlanjur berbelok ke sana dan tidak etis kalau aku berbalik arah [menurutku], maka aku memutuskan dan memberanikan diri terus melaju, menatap kedepan, seakan-akan aku tidak tahu apa-apa. Iya! Aku tidak peduli itu! Itu? Itu apa? Hm.. haruskah ku tulis? Ouch! Aku memergoki seorang bapak-bapak yang sedang kencing di dalam pasar, di lorong jalanan, bukan di kamar mandi! Beliau berdiri di depan toko tutup, dekat tumpukan keranjang kayu [yang biasa digunakan untuk menampung telur ayam] yang lumayan tinggi, dan aku dengan wajah tidak berdosa lewat di sampingnya! Hm.. tidak sedekat itu, mungkin sekitar 1 meter jarak antara aku dan beliau. Eits! Aku juga tidak melihatnya secara jelas! Yang benar saja!? Anu! Tentu saja! Aku hanya tahu wajah bapaknya sekilas, itupun tidak jelas, karena tempat itu, alhamdulillah agak gelap, dengan sisi kanan dan kiri adalah toko yang sedang tutup [tidak berjualan]. Aku sendiri begitu menyadari disitu sedang ada bapak yang kencing aku segera mengalihkan pandangan, ya iyalah! Oh, sensasi yang cringe sekali!


Oke lanjut! Akhirnya aku menemukan sisi paling pinggir dari pasar, jadi aku bisa melihat jalanan dari lantai 2, lega sekali, tempat itu juga sepi, tidak ada penjual, hanya toko tutup, dan terdapat beberapa bangku kayu bertumpukan tak terpakai yang berdebu. Senangnya! Aku bisa mulai memotret dan merekam, sampai puas, meskipun aku sesekali menengok ke segala arah, waspada, hehe... mungkin ada bapak/ibu yang lewat dan memandangku aneh.


Next! Aku masih berputar di dalam pasar, mondar-mandir nggak jelas, kepalaku agak pusing sedikit, karena aku tak kunjung menemukan tangga turun. Sekian menit kemudian, aku justru sampai di tempat para penjual daging. Di sini lebih sepi, penjualnya kebanyakan laki-laki sudah bapak-bapak, jalannya lengang dan agak lebar, tidak sesempit area sebelumnya. Aduh! Aku semakin diperhatikan dan lebih aneh! Untung mereka diam saja. Akhirnya aku menemukan sisi paling tepi pasar yang lain, disini lebih terang dan luas, angin terasa semilir bertiup. Aku memotret dan merekam lagi. Tiba-tiba ada seorang kakek di belakangku, sedang duduk sambil terus memperhatikan aku yang sibuk mengoperasikan kamera. Begitu selesai, aku disapa dan diajak bicara, mengobrol sedikit. Aku dengan senang hati duduk di samping beliau. Entah kenapa, rasanya menyenangkan dan nyaman saat duduk di samping orang tua seperti itu, dan aku suka itu. Setelah sekian menit berbincang-bincang, aku tertarik mengabadikan sosok kakek ini dengan kamera, hehe... Dan aku merasa lebih sumringah sambil meringis, ketika kakek tampak mempersiapkan diri, merapikan baju dan penampilannya, serta mengubah sedikit posisi duduknya, padahal aku tidak minta, hehe... [mungkin kakek ini merasa senang saat dipotret, seperti seakan-akan bakal termuat di surat kabar terkemuka, hehe...]. Saat aku mulai memotret aku merasa terhormat, wkwk sensasinya macam memotret veteran pejuang perang yang sangat hebat. Padahal bukan. Ah, tidak, kakek tetap pejuang yang hebat, beliau kuli di pasar, bekerja keras sejak puluhan tahun lalu, punggungnya dipastikan sangat kuat, ah... bapak, Siti Salman, beliau kakek, tapi namanya ada kata Siti nya, unik! Terima kasih Pak, J

Puas di pasar, aku segera pergi ke tempat lain, aku berjalan kaki lagi. Aku pergi menuju jembatan penyeberangan. Disepanjang berjalan di trotoar aku benar-benar senang. Barisan gedung-gedung tua yang saling berhimpitan, selalu menyenangkan pandanganku. Dari jembatan penyeberangan, aku bisa melihat jalan raya bercabang yang unik. Membentuk huruf Y. Begitu sampai di atas, aku berhenti, tentunya untuk keperluan memotret dan merekam kemanapun. Aku mondar-mandir di atas jembatan lumayan lama. Matahari lumayan terik sebenarnya dan aku merasa sedikit kepanasan, tapi... masa bodoh, ada view bagus yang harus ku potret.


Dari jembatan aku segera naik angkot lagi, kali ini menuju alun-alun. Huah! Di alun-alun lebih bebas, karena lumayan sepi, lapang, dan sejuk, pepohonan kelapa sengaja berbaris mengisi tanah lapang di alun-alun. Di sana juga terdapat anak-anak usia di bawahku, jadi membuatku lebih merasa nyaman dan leluasa. Aku kembali merekam dan memotret.

Hari itu lumayan melelahkan, tapi juga menyenangkan. Dari alun-alun, aku pulang, naik angkot lagi.
Keluyuran sendiri, hm... aku merasa dunia milikku sendiri, egois?! Bukan! Maksudku, sensasi kamanapun sendirian, rasanya unik! Kau harus berjalan kemanapun sesuka hatimu, tanpa perlu khawatir tentang apapun dan siapapun! Ingin kucoba lagi, hehe...

Sekian, terima kasih

Salam coret! :)

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

By: NZR
Sendiri itu... mandiri, menantang, khas, menyenangkan, dan bebas, tapi sejujurnya... ditemani seseorang tetap akan lebih seru!
J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar