SISI KELAM NGARET | JARE SOPO NGARET GAMPANG?!
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Teman-teman sepantaran [sederajat / seumuran sama penulis] dan seperjuangan...
[hanya menyapa]
N G A R E T
Apa itu ngaret? Ngaret adalah
istilah bahasa jawa yang dipakai untuk mewakili kegiatan mencari rumput di
sawah. Kata ngaret mungkin ada
nyambungnya sama kata clurit yang berarti senjata khas suku jawa itu lo, why?
Karena kegiatan ngaret biasanya
membawa atribut wajib clurit [yang dipakai untuk memangkas rumput liar yang
banyak tumbuh di sawah] dan karung beras kosong [untuk wadah rumput yang
diambil]. Nah, ngerti toh!?
Alright!
Dari dulu umumnya hampir semua
orang akan menganggap kegiatan ngaret
adalah salah satu opsi pekerjaan paling gampang sedunia, iyo po iyo, aku sendiripun juga berpendapat begitu. Ngaret juga kerap dijadikan kambing
hitam sebagai alasan mentok bagi
seseorang yang dinilai tak becus bekerja atau pengangguran, “ngaret kono lo penak!” begitu, piye
ya, understand po gak? Hehe... ngono
pokok e
But,
The Real Ngaret, nyatanya tidak semudah lidah mengucap kata ngaret! Ngomong opo to?! Yoh!
Ketika aku sedang pulkam [pulang
kampung] pada bulan November, di rumah, aku menyempatkan ikut kegiatan
mengunjungi sawah. Aku berangkat bersama ibu dan adik laki-laki yang masih
kelas 6 MI [Madrasah Ibtidaiyah,
setara SD]. Jarak sawah dengan rumah tidak dekat, kami naik motor dulu sekitar
lima menit, hehe... yup! Sampai!
Do you know? Di sawah, jam 9 pagi serasa jam 12 siang, panas bray!
Tapi angin sesekali tetap bertiup semriwing
Begitu sampai, Ibu sudah meluncur
duluan ke tengah sawah, adikku sudah keluyuran mencari sesuatu entah apa yang
dicari, sedangkan aku masih memainkan smartphone,
menuruti nafsu kebiasanku untuk memotret dan merekam segala hal yang menurutku
menarik. Aku mengikuti ibu berjalan ke tengah sawah. Sejauh mata memandang,
semuanya hijau, daun padi seperti kasur raksasa yang menghampar luas, tampak
juga beberapa pohon tumbuh tegak serta gubuk-gubuk tempat yang menaungi sumur
dan disel mengalirkan air ke persawahan. Puas mengabadikan pemandangan, aku
mencoba ngaret.
Sejujurnya, aku tidak pernah ngaret sebelumnya (eh pernah deng, kalau tidak salah saat masih SMP dulu, terpaksa ehe) dan sekarang ini
adalah momen kedua kali aku melakukannya. Kurasa itu akan gampang dan
menyenangkan! Oke! Aku segera mengambil perlengkapan, karung di tangan kiri dan
clurit di tangan kanan. Aku melangkah ke tengah sawah, berjalan di pematang di antara
dua petak sawah. Di pematang itu, atau di tengah sawah, rumput tumbuh lumayan
lebat, keberadaan mereka dapat mengganggu kehidupan si padi jadi harus dimusnahkan.
Di sinilah Aku Menemukan SISI KELAM dari Ngaret!
Jam 9 pagi cuaca sudah terasa
sangat panas, seperti yang sudah kukatakan, sepanas jam 12 siang. Sial sekali
aku memakai kerudung warna hitam, wuh!
Hot cuy! Serasa dipanggang! Belum apa-apa keringatku sudah mengucur
di mana-mana, gerah! Aku segera mengambil posisi, jongkok. Yak! Mulai! Karung ku
letakkan di belakang, tangan kiriku meraih rumput sebanyak yang bisa kugenggam,
lalu tangan kananku dengan clurit, siap memotong rumput yang telah kugenggam
tadi. Begitu terus, sampai keberadaan rumput yang tumbuh liar berkurang. Di sini
aku sadar, rumput yang kupangkas sedikit sekali, maksudku, kupikir sekali tebas
aku bisa melukai banyak rumput, ternyata tidak semudah itu Ferguso! Hm.. SADAR
WOY! SIK PEMULA kon iku! Yoh!
Memberantas rumput seperti itu
sebenarnya kurang efektif menurutku, karena tidak dicabut sampai ke akar, jadi
beberapa hari kedepan, dipastikan rumput akan tumbuh lagi. Nah! Kenapa tidak
dicabut saja? Aku tidak tahu, haha...
Hm... mungkin begini, rumput yang
tumbuh itu berukuran lumayan besar dan tinggi, nyaris sebesar tanaman padi,
jadi akarnya juga lumayan kuat, pernah aku mencoba mencabut 1 rumput, apa yang
terjadi? Tanah lempung yang menjadi tempat ia tumbuh sekaligus yang kusebut pematang
dan yang kupijak, lumayan ambrol! Jadi
kalau rumput sebanyak itu dicabut, bisa-bisa pematang antara petak-petak sawah
jadi hancur. Hm.. gimana ya? paham? Ah... mungkin itu salah, itu hanya
argumenku saja, hehe... ada yang tahu mungkin mengapa, bisa komen,
Ah! Ada cara lain juga
memberantas rumput, dirabuk alias
disemprot pupuk! Cara ini lumayan ampuh, apalagi pupuk yang digunakan tergolong
garis keras, yang sekali semprot dan ditunggu hitungan menit saja,
rumput-rumput liar langsung lesu menguning tak berdaya. Tapi kayaknya itu nggak
baik, sangat mungkin pupuk terserap padi, padi menghasilkan beras, beras jadi
nasi dan dimakan manusia, jadi, pupuk yang tadi juga dimakan manusia, nggak
heran deh, kalau manusia zaman now
banyak yang sudah penyakitan sejak dini, hm...
Oiya, selain panas banget, ngaret juga melelahkan, siapkan mental
lahir batin, hehe... meskipun hanya jongkok, yang sibuk tangannya saja, tidak petakilan alias banyak gerak, tapi ngaret benar-benar melelahkan! Berhubungan
dengan cuaca panas, maka kalian harus siap, mau tidak mau mendapat suplai
vitamin G/vitamin Gosong! Yoh! Yang pengen kulit cepet eksotis kalian bisa
sering main-main ke sawah! Ngaret
juga berpotensi bikin gatal-gatal, apalagi buat kulit kalian yang nggak tawar
sama rerumputan, tanah lempung kotor, dan air sawah yang sudah pasti juga kotor.
Yah... itulah ngaret, harus takut
kotor eh, berani kotor maksudnya, hehe... namanya juga di sawah. Selain itu
kalian berpotensi terjegur/nyemplung/kepleset
ke sawah, makanya, hati-hati kalau jalan. Oiya! Hati-hati juga, kalau ngaret jangan sembarangan, harus fokus! Why? Kalau tidak fokus, bisa-bisa tangan
kalian yang terpangkas! Kena clurit! Hehe... safety first guys! Nah!
Kalau kalian nggak kuat panas,
mending segera melipir [minggir]
ke tepi, jangan terus-terusan di tengah sawah, bisa-bisa nggeblag alias jungkel, akhirnya
semaput/pingsan.
Jangan sepertiku, hehe... karena
memang baru pertama ngaret setelah bertahun-tahun dan sekali
ngaret sudah panas-panasan, alhasil,
tidak sampai 1 jam, kepalaku mulai terasa oleng,
mataku agak berkunang-kunang, napas ngos-ngosan, dan tenaga serasa berkurang drastis,
seperti mau pingsan, aku segera berjalan cepat-cepat ke tepi sawah, mencari
tempat berteduh, hehe.. hm.. payah! Dasar lemah! Yo ben, ancene ngono, aku sadar diri kok
Nah, begitu, nggak penting ya,
tapi di sini aku mewakili para pengaret
yang mungkin memiliki gambaran curhatan seperti ini, apalagi pengaret amatiran kayak aye,
Segala pekerjaan tetap memiliki
unsur kesulitannya sendiri-sendiri, jangan meremehkan, menganggap enteng, atau
menyepelekan, hehe.. podo kabeh yo artine,
pokoknya jangan menghina segala pekerjaan! Ngaret
itu pekerjaan mulia lo, iya! Bayangkan betapa susahnya petani jika sawahnya
tidak dibersihkan oleh pengaret? Pertumbuhan
padinya bisa terganggu dan hasil panennya bisa-bisa tidak sebanyak ketika ada
pengaret, mungkin kan!? Terus berdampak
juga pada masyarakat Indonesia yang nyatanya dominan mengonsumsi nasi, karena
nasi dari beras, beras dari padi, padi dari petani, dan petani dibantu pengaret, atau dampak yang lebih parah
apabila tidak ada pengaret, bisa
menyebabkan belum tercapainya swasembada pangan, iya! Karena jumlah hasil panen
tidak maksimal! Jadi pengaret itu
juga mengambil bagian dalam menyukseskan program nasional tersebut, lihat!
Betapa mulianya pekerjaan ngaret!
Wkwkwk aku lebay yo? Yo ben, sing penting positif bray! Okay?!
Mungkin tulisan ini memang berlebihan,
karena aku yang nulis, seorang amatiran pemula yang baru pertama kali ngaret, cewek pula, hm... ya gitulah...
aku hanya berbagi sensasi ngaret,
semoga dapat menginspirasi, wkwkwk.. PD men sok menginspirasi, yo mboh ngono pokok e
Sekian, terima kasih J
Salam coret!
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
By: NZR
Menulis, sejauh yang ku
tahu adalah cara paling cocok yang bisa kulakukan untuk membangun eksistensi
Apapun yang sekiranya
menarik akan kutuliskan, hal-hal yang mungkin sepele sekalipun, seperti ini
Terima kasih atas kunjungan
anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar