Follow Us @nila_zulva

Senin, 26 November 2018

SISI KELAM NGARET | JARE SOPO NGARET GAMPANG?!




SISI KELAM NGARET | JARE SOPO NGARET GAMPANG?!


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Teman-teman sepantaran [sederajat / seumuran sama penulis] dan seperjuangan... [hanya menyapa]

N G A R E T

Apa itu ngaret? Ngaret adalah istilah bahasa jawa yang dipakai untuk mewakili kegiatan mencari rumput di sawah. Kata ngaret mungkin ada nyambungnya sama kata clurit yang berarti senjata khas suku jawa itu lo, why? Karena kegiatan ngaret biasanya membawa atribut wajib clurit [yang dipakai untuk memangkas rumput liar yang banyak tumbuh di sawah] dan karung beras kosong [untuk wadah rumput yang diambil]. Nah, ngerti toh!?

Alright!

Dari dulu umumnya hampir semua orang akan menganggap kegiatan ngaret adalah salah satu opsi pekerjaan paling gampang sedunia, iyo po iyo, aku sendiripun juga berpendapat begitu. Ngaret juga kerap dijadikan kambing hitam sebagai alasan mentok bagi seseorang yang dinilai tak becus bekerja atau pengangguran, “ngaret kono lo penak!” begitu, piye ya, understand po gak? Hehe... ngono pokok e

But,

The Real Ngaret, nyatanya tidak semudah lidah mengucap kata ngaret! Ngomong opo to?! Yoh!

Ketika aku sedang pulkam [pulang kampung] pada bulan November, di rumah, aku menyempatkan ikut kegiatan mengunjungi sawah. Aku berangkat bersama ibu dan adik laki-laki yang masih kelas 6 MI [Madrasah Ibtidaiyah, setara SD]. Jarak sawah dengan rumah tidak dekat, kami naik motor dulu sekitar lima menit, hehe... yup! Sampai!

Do you know? Di sawah, jam 9 pagi serasa jam 12 siang, panas bray! Tapi angin sesekali tetap bertiup semriwing

Begitu sampai, Ibu sudah meluncur duluan ke tengah sawah, adikku sudah keluyuran mencari sesuatu entah apa yang dicari, sedangkan aku masih memainkan smartphone, menuruti nafsu kebiasanku untuk memotret dan merekam segala hal yang menurutku menarik. Aku mengikuti ibu berjalan ke tengah sawah. Sejauh mata memandang, semuanya hijau, daun padi seperti kasur raksasa yang menghampar luas, tampak juga beberapa pohon tumbuh tegak serta gubuk-gubuk tempat yang menaungi sumur dan disel mengalirkan air ke persawahan. Puas mengabadikan pemandangan, aku mencoba ngaret.

Sejujurnya, aku tidak pernah ngaret sebelumnya (eh pernah deng, kalau tidak salah saat masih SMP dulu, terpaksa ehe) dan sekarang ini adalah momen kedua kali aku melakukannya. Kurasa itu akan gampang dan menyenangkan! Oke! Aku segera mengambil perlengkapan, karung di tangan kiri dan clurit di tangan kanan. Aku melangkah ke tengah sawah, berjalan di pematang di antara dua petak sawah. Di pematang itu, atau di tengah sawah, rumput tumbuh lumayan lebat, keberadaan mereka dapat mengganggu kehidupan si padi jadi harus dimusnahkan.


Di sinilah Aku Menemukan SISI KELAM dari Ngaret!

Jam 9 pagi cuaca sudah terasa sangat panas, seperti yang sudah kukatakan, sepanas jam 12 siang. Sial sekali aku memakai kerudung warna hitam, wuh! Hot cuy! Serasa dipanggang! Belum apa-apa keringatku sudah mengucur di mana-mana, gerah! Aku segera mengambil posisi, jongkok. Yak! Mulai! Karung ku letakkan di belakang, tangan kiriku meraih rumput sebanyak yang bisa kugenggam, lalu tangan kananku dengan clurit, siap memotong rumput yang telah kugenggam tadi. Begitu terus, sampai keberadaan rumput yang tumbuh liar berkurang. Di sini aku sadar, rumput yang kupangkas sedikit sekali, maksudku, kupikir sekali tebas aku bisa melukai banyak rumput, ternyata tidak semudah itu Ferguso! Hm.. SADAR WOY! SIK PEMULA kon iku! Yoh!

Memberantas rumput seperti itu sebenarnya kurang efektif menurutku, karena tidak dicabut sampai ke akar, jadi beberapa hari kedepan, dipastikan rumput akan tumbuh lagi. Nah! Kenapa tidak dicabut saja? Aku tidak tahu, haha...

Hm... mungkin begini, rumput yang tumbuh itu berukuran lumayan besar dan tinggi, nyaris sebesar tanaman padi, jadi akarnya juga lumayan kuat, pernah aku mencoba mencabut 1 rumput, apa yang terjadi? Tanah lempung yang menjadi tempat ia tumbuh sekaligus yang kusebut pematang dan yang kupijak, lumayan ambrol! Jadi kalau rumput sebanyak itu dicabut, bisa-bisa pematang antara petak-petak sawah jadi hancur. Hm.. gimana ya? paham? Ah... mungkin itu salah, itu hanya argumenku saja, hehe... ada yang tahu mungkin mengapa, bisa komen,

Ah! Ada cara lain juga memberantas rumput, dirabuk alias disemprot pupuk! Cara ini lumayan ampuh, apalagi pupuk yang digunakan tergolong garis keras, yang sekali semprot dan ditunggu hitungan menit saja, rumput-rumput liar langsung lesu menguning tak berdaya. Tapi kayaknya itu nggak baik, sangat mungkin pupuk terserap padi, padi menghasilkan beras, beras jadi nasi dan dimakan manusia, jadi, pupuk yang tadi juga dimakan manusia, nggak heran deh, kalau manusia zaman now banyak yang sudah penyakitan sejak dini, hm...

Oiya, selain panas banget, ngaret juga melelahkan, siapkan mental lahir batin, hehe... meskipun hanya jongkok, yang sibuk tangannya saja, tidak petakilan alias banyak gerak, tapi ngaret benar-benar melelahkan! Berhubungan dengan cuaca panas, maka kalian harus siap, mau tidak mau mendapat suplai vitamin G/vitamin Gosong! Yoh! Yang pengen kulit cepet eksotis kalian bisa sering main-main ke sawah! Ngaret juga berpotensi bikin gatal-gatal, apalagi buat kulit kalian yang nggak tawar sama rerumputan, tanah lempung kotor, dan air sawah yang sudah pasti juga kotor. Yah... itulah ngaret, harus takut kotor eh, berani kotor maksudnya, hehe... namanya juga di sawah. Selain itu kalian berpotensi terjegur/nyemplung/kepleset ke sawah, makanya, hati-hati kalau jalan. Oiya! Hati-hati juga, kalau ngaret jangan sembarangan, harus fokus! Why? Kalau tidak fokus, bisa-bisa tangan kalian yang terpangkas! Kena clurit! Hehe... safety first guys! Nah!

Kalau kalian nggak kuat panas, mending segera melipir [minggir] ke tepi, jangan terus-terusan di tengah sawah, bisa-bisa nggeblag alias jungkel, akhirnya semaput/pingsan.

Jangan sepertiku, hehe... karena memang baru pertama ngaret setelah bertahun-tahun dan sekali ngaret sudah panas-panasan, alhasil, tidak sampai 1 jam, kepalaku mulai terasa oleng, mataku agak berkunang-kunang, napas ngos-ngosan, dan tenaga serasa berkurang drastis, seperti mau pingsan, aku segera berjalan cepat-cepat ke tepi sawah, mencari tempat berteduh, hehe.. hm.. payah! Dasar lemah! Yo ben, ancene ngono, aku sadar diri kok


Nah, begitu, nggak penting ya, tapi di sini aku mewakili para pengaret yang mungkin memiliki gambaran curhatan seperti ini, apalagi pengaret amatiran kayak aye,

Segala pekerjaan tetap memiliki unsur kesulitannya sendiri-sendiri, jangan meremehkan, menganggap enteng, atau menyepelekan, hehe.. podo kabeh yo artine, pokoknya jangan menghina segala pekerjaan! Ngaret itu pekerjaan mulia lo, iya! Bayangkan betapa susahnya petani jika sawahnya tidak dibersihkan oleh pengaret? Pertumbuhan padinya bisa terganggu dan hasil panennya bisa-bisa tidak sebanyak ketika ada pengaret, mungkin kan!? Terus berdampak juga pada masyarakat Indonesia yang nyatanya dominan mengonsumsi nasi, karena nasi dari beras, beras dari padi, padi dari petani, dan petani dibantu pengaret, atau dampak yang lebih parah apabila tidak ada pengaret, bisa menyebabkan belum tercapainya swasembada pangan, iya! Karena jumlah hasil panen tidak maksimal! Jadi pengaret itu juga mengambil bagian dalam menyukseskan program nasional tersebut, lihat! Betapa mulianya pekerjaan ngaret!

Wkwkwk aku lebay yo? Yo ben, sing penting positif bray! Okay?!

Mungkin tulisan ini memang berlebihan, karena aku yang nulis, seorang amatiran pemula yang baru pertama kali ngaret, cewek pula, hm... ya gitulah... aku hanya berbagi sensasi ngaret, semoga dapat menginspirasi, wkwkwk.. PD men sok menginspirasi, yo mboh ngono pokok e

Sekian, terima kasih J

Salam coret!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

By: NZR
Menulis, sejauh yang ku tahu adalah cara paling cocok yang bisa kulakukan untuk membangun eksistensi
Apapun yang sekiranya menarik akan kutuliskan, hal-hal yang mungkin sepele sekalipun, seperti ini
Terima kasih atas kunjungan anda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar