Follow Us @nila_zulva

Minggu, 22 Desember 2019

Puncak yang Menawan, Alunan Musik Tradisional Ketepong, Potre Koneng Bondowoso


(Dok. Penulis)

Puncak yang Menawan, Alunan Musik Tradisional Ketepong, Potre Koning Bondowoso

Tepat dari kampus Universitas Jember Kabupaten Jember, perjalanan menuju lokasi wisata bernama Potre Koneng Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso dapat ditempuh selama kurang lebih 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan mobil. Sama sekali tidak terlintas di benak saya seperti apa kiranya potret tempat wisata Potre Koneng, tidak pula saya bernafsu melirik layar ponsel untuk sekian menit, sengaja mencari tahu destinasi wisata Potre Koneng di dinding Google. Saya biarkan beberapa pertanyaan dan rasa penasaran berjejalan memenuhi seluruh ruang dalam kepala saya.

Mobil mulai melintasi jalan berliku, rasanya seperti sedang menaiki punggung ular yang sedang meliuk atau meluncur di wahana populer roller coaster. Sisi kanan dan kiri tidak lagi tersaji bangunan dari susunan batako perumahan, melainkan terganti oleh barisan pohon tinggi yang menjulang. Ranting pepohonan semakin rapat, pemandangan khas perbukitan yang gersang mulai tampak. Perlahan tapi pasti, mobil terus berkelok mengikuti rute jalanan aspal. Dataran semakin tinggi, jurang mulai menganga tepat di tepi jalan, tidak hanya menyajikan imajinasi ngeri jika mobil berguling ke bawah, namun juga pesona alam pegunungan bagai lukisan yang tak terbantahkan.

Potre Koneng, sebuah gapura sederhana namun indah dengan polesan seni cat warna-warni selalu siap menyambut siapa saja yang berkunjung. Dasar memang kontur tanah perbukitan, sepasang kaki setiap pengunjung akan dimanjakan dengan sensasi menjejak tanah yang unik karena kondisinya memang tidak rata. Tanah kering sempurna membungkus seluruh perbukitan di lokasi wisata Potre Koneng lengkap dengan batu kerikilnya. Lebih jauh ke dalam, seni tatanan ban karet bermacam warna menyambut dengan apik, menghiasi seluruh wilayah destinasi wisata. Pepohonan yang tinggi juga tidak kalah menarik karena telah didesain sedemikian rupa dengan kostum kain yang berwarna. Dekorasi lain seperti beberapa susunan bambu dengan selembar kain panjang yang menggantung di atasnya memberikan sentuhan yang menarik, seakan-akan kain warna-warni sedang menari tertiup angin. Pemilihan warna-warna cerah seperti merah, putih, biru, dan hijau menghidupkan rasa keceriaan di atmosfer Potre Koneng.

(Dok. Penulis)

Musik Tradisional

Pertunjukan seni musik tradisional telah berdendang, terdengar begitu asik dari gerbang kedatangan, rupanya dimainkan oleh beberapa bapak-bapak warga sekitar. Mereka tampak sumringah menyambut siapapun. Suguhan tersebut tentunya memunculkan perasaan tersanjung dan terhormati di benak para pengunjung. Setidaknya terdapat sembilan orang laki-laki silih berganti memukul atau menabuh alat musik sehingga kombinasi suara yang dihasilkan dari masing-masing alat akan menciptakan alunan irama nada yang terdengar begitu harmonis dan menarik.

Dikatakan oleh bapak Sai selaku pelatih dari seni musik ini, bahwasannya musik tradisional asli Bondowoso ini merupakan sebuah tradisi seni kuno yang telah ada sejak zaman dahulu, tahun ditemukannya pun tidak begitu jelas karena memang telah ada sejak nenek moyang sesepuh. Beliau selaku pewaris hanya melaksanakan tradisi musik tersebut agar terjaga kelestariannya hingga generasi selanjutnya. Grup musik tradisional ketepong yang tampil di Potre Koneng bernama ‘Karya Baru’.

Kesatuan musik ini terdiri dari beberapa alat yaitu ketepong, tak tok (tong-tong), dan gendung. Seluruhnya dibuat sendiri oleh pengrajin alat musik di daerah sekitar. Satu hal yang menarik dari alat musik ini yaitu pemukulnya yang berbentuk unik dan beragam, rupanya hal itu memang sengaja di desain sedemikian rupa dengan tidak lepas dari perhatian seni estetika. Sedangkan pemilihan warna pada alat musik bersifat fleksibel dan tidak mengikat pada satu arti filosofi tersendiri. Para pemain dapat mengubah warna alat musik sesuai selera dan kesepakatan. Tidak hanya alat musik saja yang dibuat menarik, namun keseluruhan para penabuhnya juga diperindah oleh anjuran kepala desa untuk memakai pakaian yang seragam lengkap dengan peci hitam yang bertalikan kain kuning. Kain kuning pada peci melambangkan ciri khas dari wisata Potre Koneng Bondowoso.

(Dok. Penulis)

Alunan musik tradisional ketepong tidak hanya berfungsi untuk hiburan namun juga untuk iringan pertunjukan pencak silat, tari-tarian, serta pertunjukan musik saat acara pernikahan. Permainan alat musik tradisional ketepong ini tidak dibutuhkan suatu ritual apapun. Grup musik tradisional ketepong biasanya tampil secara rutin di Lokasi Wisata Potre Koneng satu kali setiap bulannya pada tanggal 15, tanggal tersebut dipilih berdasarkan keputusan dari kepala desa. Tidak hanya itu, grup musik tradisional ketepong juga sering diundang di acara-acara lain. Mereka merupakan seniman musik profesional yang selalu siap menghibur meskipun dituntut untuk tampil dadakan.

Formasi dari pemain alat musik ketepong dapat disesuaikan mengikuti acara, seperti ketika digunakan untuk iringan pencak silat, pemain alat musik bisa ditambah lebih banyak atau sebaliknya ketika acara pernikahan pemain musik ketepong dikurangi lebih sedikit. Perkembangan seni musik tradisional ketepong terus dilestarikan hingga saat ini, tidak hanya dari kalangan bapak-bapak namun para pemuda juga telah dilatih dan memang memiliki tingkat minat yang tinggi untuk belajar musik tradisional tersebut.

Daya tarik wisata alam di Putre Koneng tentu tidak hanya dari pertunjukan seni musik tradisionalnya saja, namun juga terdapat daya tarik lain seperti adanya Goa Mustajab dengan cerita legenda yang menyertainya, sebuah dongeng mengenai asal usul Potre Koneng, dan pemandangan menakjubkan dari barisan pegunungan gersang serta air terjun yang epic, karena terpampang nyata tampak dari kejauhan. Semuanya tersaji di depan mata dalam satu tempat di puncak yang begitu menawan bernama Wisata Alam Potre Koneng Bondowoso.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar