Puncak yang Menawan, Alunan Musik Tradisional Ketepong, Potre Koning
Bondowoso
Tepat dari kampus Universitas Jember
Kabupaten Jember, perjalanan menuju lokasi wisata bernama Potre Koneng Kecamatan
Wringin Kabupaten Bondowoso dapat ditempuh selama kurang lebih 2 jam perjalanan
menggunakan kendaraan mobil. Sama sekali tidak terlintas di benak saya seperti
apa kiranya potret tempat wisata Potre Koneng, tidak pula saya bernafsu melirik
layar ponsel untuk sekian menit, sengaja mencari tahu destinasi wisata Potre
Koneng di dinding Google. Saya biarkan beberapa pertanyaan dan rasa penasaran berjejalan
memenuhi seluruh ruang dalam kepala saya.
Mobil mulai melintasi jalan berliku,
rasanya seperti sedang menaiki punggung ular yang sedang meliuk atau meluncur
di wahana populer roller coaster. Sisi
kanan dan kiri tidak lagi tersaji bangunan dari susunan batako perumahan,
melainkan terganti oleh barisan pohon tinggi yang menjulang. Ranting
pepohonan semakin rapat, pemandangan khas perbukitan yang gersang mulai tampak.
Perlahan tapi pasti, mobil terus berkelok mengikuti rute jalanan aspal. Dataran
semakin tinggi, jurang mulai menganga tepat di tepi jalan, tidak hanya
menyajikan imajinasi ngeri jika mobil berguling ke bawah, namun juga pesona
alam pegunungan bagai lukisan yang tak terbantahkan.
Potre Koneng, sebuah gapura sederhana namun indah dengan polesan seni cat warna-warni selalu siap menyambut
siapa saja yang berkunjung. Dasar memang kontur tanah perbukitan, sepasang kaki
setiap pengunjung akan dimanjakan dengan sensasi menjejak tanah yang unik
karena kondisinya memang tidak rata. Tanah kering sempurna membungkus seluruh
perbukitan di lokasi wisata Potre Koneng lengkap dengan batu kerikilnya. Lebih jauh
ke dalam, seni tatanan ban karet bermacam warna menyambut dengan apik,
menghiasi seluruh wilayah destinasi wisata. Pepohonan yang tinggi juga tidak
kalah menarik karena telah didesain sedemikian rupa dengan kostum kain yang
berwarna. Dekorasi lain seperti beberapa susunan bambu dengan selembar kain panjang
yang menggantung di atasnya memberikan sentuhan yang menarik, seakan-akan kain
warna-warni sedang menari tertiup angin. Pemilihan warna-warna cerah seperti merah,
putih, biru, dan hijau menghidupkan rasa keceriaan di atmosfer Potre Koneng.
Musik Tradisional
Pertunjukan seni musik
tradisional telah berdendang, terdengar begitu asik dari gerbang kedatangan,
rupanya dimainkan oleh beberapa bapak-bapak warga sekitar. Mereka tampak
sumringah menyambut siapapun. Suguhan tersebut tentunya memunculkan perasaan tersanjung
dan terhormati di benak para pengunjung. Setidaknya terdapat sembilan orang laki-laki
silih berganti memukul atau menabuh alat musik sehingga kombinasi suara yang dihasilkan
dari masing-masing alat akan menciptakan alunan irama nada yang terdengar begitu
harmonis dan menarik.
Dikatakan oleh bapak Sai selaku
pelatih dari seni musik ini, bahwasannya musik tradisional asli Bondowoso ini
merupakan sebuah tradisi seni kuno yang telah ada sejak zaman dahulu, tahun ditemukannya
pun tidak begitu jelas karena memang telah ada sejak nenek moyang sesepuh. Beliau
selaku pewaris hanya melaksanakan tradisi musik tersebut agar terjaga kelestariannya
hingga generasi selanjutnya. Grup musik tradisional ketepong yang tampil di Potre
Koneng bernama ‘Karya Baru’.
Kesatuan musik ini terdiri dari
beberapa alat yaitu ketepong, tak tok (tong-tong), dan gendung. Seluruhnya
dibuat sendiri oleh pengrajin alat musik di daerah sekitar. Satu hal yang
menarik dari alat musik ini yaitu pemukulnya yang berbentuk unik dan beragam, rupanya
hal itu memang sengaja di desain sedemikian rupa dengan tidak lepas dari
perhatian seni estetika. Sedangkan pemilihan warna pada alat musik bersifat
fleksibel dan tidak mengikat pada satu arti filosofi tersendiri. Para pemain
dapat mengubah warna alat musik sesuai selera dan kesepakatan. Tidak hanya alat
musik saja yang dibuat menarik, namun keseluruhan para penabuhnya juga diperindah
oleh anjuran kepala desa untuk memakai pakaian yang seragam lengkap dengan peci
hitam yang bertalikan kain kuning. Kain kuning pada peci melambangkan ciri khas
dari wisata Potre Koneng Bondowoso.
(Dok. Penulis)
Alunan musik tradisional ketepong
tidak hanya berfungsi untuk hiburan namun juga untuk iringan pertunjukan pencak
silat, tari-tarian, serta pertunjukan musik saat acara pernikahan. Permainan
alat musik tradisional ketepong ini tidak dibutuhkan suatu ritual apapun. Grup musik
tradisional ketepong biasanya tampil secara rutin di Lokasi Wisata Potre Koneng
satu kali setiap bulannya pada tanggal 15, tanggal tersebut dipilih berdasarkan
keputusan dari kepala desa. Tidak hanya itu, grup musik tradisional ketepong juga
sering diundang di acara-acara lain. Mereka merupakan seniman musik profesional
yang selalu siap menghibur meskipun dituntut untuk tampil dadakan.
Formasi dari pemain alat musik
ketepong dapat disesuaikan mengikuti acara, seperti ketika digunakan untuk iringan
pencak silat, pemain alat musik bisa ditambah lebih banyak atau sebaliknya
ketika acara pernikahan pemain musik ketepong dikurangi lebih sedikit. Perkembangan
seni musik tradisional ketepong terus dilestarikan hingga saat ini, tidak hanya
dari kalangan bapak-bapak namun para pemuda juga telah dilatih dan memang memiliki
tingkat minat yang tinggi untuk belajar musik tradisional tersebut.
Daya tarik wisata alam di Putre
Koneng tentu tidak hanya dari pertunjukan seni musik tradisionalnya saja, namun
juga terdapat daya tarik lain seperti adanya Goa Mustajab dengan cerita legenda
yang menyertainya, sebuah dongeng mengenai asal usul Potre Koneng, dan
pemandangan menakjubkan dari barisan pegunungan gersang serta air terjun yang
epic, karena terpampang nyata tampak dari kejauhan. Semuanya tersaji di depan
mata dalam satu tempat di puncak yang begitu menawan bernama Wisata Alam Potre
Koneng Bondowoso.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar