Follow Us @nila_zulva

Rabu, 19 Februari 2020

Diklat Content Creator Hari ke 2: Mengupas Tuntas Konten Layak Tayang dan Berkualitas



Diklat Content Creator Hari ke 2: Mengupas Tuntas Konten Layak Tayang dan Berkualitas

Melanjutkan agenda diklat content creator yang diadakan oleh LP2M Universitas Jember yang juga bekerjasama dengan Pikiran Rakyat Media Network (PRMN), di hari kedua diklat tidak hanya diberikan pemaparan materi namun juga mulai diberikan tugas berupa praktik menulis untuk seluruh peserta.

Materi yang disampaikan oleh Agus Sulistriyono selaku mentor diantaranya mengenai pengaruh konten terhadap demografi pembaca, jenis-jenis konten media online, hukum pers, syarat konten layak tayang, ciri-ciri konten berkualitas, keyword, hingga perbedaan antara Search Engine Optimization (SEO) friendly content, human friendly content, dan evergreen content.

Beberapa materi yang menarik minat saya yaitu tentang apa saja syarat konten layak tayang, ciri-ciri suatu konten bisa dikatakan berkualitas, serta perbedaan antara SEO friendly content, human friendly content, dan evergreen content.

Syarat konten agar layak tayang yaitu suatu konten harus lolos oleh editor, berisi informasi yang didasarkan oleh fakta, sesuai dengan hukum pers, UU ITE, dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), serta sesuai dengan segmen media yang telah ditetapkan.

Perlu diketahui bahwa apabila suatu konten telah lolos oleh editor maka bisa dipastikan untuk kerapian tulisan, pemilihan diksi serta gramatika penulisan telah diperbaiki sehingga suatu konten layak untuk dipublikasi.

Selain itu, informasi yang dimuat dalam suatu konten juga harus diperhatikan khususnya yang berkaitan dengan SARA, pornografi, atau topik sensitif lainnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan salah paham terhadap beberapa pihak atau perkara serius yang melanggar undang-undang.

Ciri-ciri suatu konten dinilai berkualitas diantaranya mudah ditemukan dalam mesin pencari (findable), bisa dibagikan (shareable), mudah dibaca (readable), serta dapat selalu diingat (memorable).

Materi terakhir yang masih saya ingat hingga saya sampai di kos ialah tentang perbedaan antara SEO friendly content, human friendly content, dan evergreen content. Tentu saya ingat karena selain menulis tulisan ini, saya masih memiliki tanggungan 1 tugas lagi terkait materi tersebut.

Jadi, SEO friendly content merupakan konten yang ditulis berdasarkan kaidah-kaidah SEO, mengandung keyword yang telah ditentukan, mudah ditemukan, namun isinya belum tentu berkualitas.

Human friendly content adalah konten yang ditulis berdasarkan kaidah-kaidah SEO, mengandung keyword yang telah direncanakan, mudah ditemukan, dan isinya berkualitas. Dapat dikatakan bahwa Human friendly content sudah pasti CEO friendly content, namun CEO friendly content belum tentu Human friendly content.

Sedangkan evergreen content merupakan konten yang meskipun menghasilkan traffic yang kecil namun informasi di dalamnya dapat terus dipasarkan dalam jangka waktu yang lama atau sepanjang masa.

Hal ini berbeda dengan CEO friendly content dan Human friendly content yang mampu menghasilkan traffic tinggi namun hanya dalam jangka waktu yang singkat.

Usai pemaparan materi terakhir, sebelum diklat hari kedua diakhiri, seluruh peserta diberikan tugas praktik untuk menemukan ide dan membuat judul terkait trending content sebanyak 2 judul dan evergreen content sebanyak 10 judul.

Bagi saya yang tentu saja masih amatir dalam dunia kepenulisan, sekadar membuat judul saja sudah cukup membuat saya bingung, berpikir terlalu banyak dan ngelantur kemana-mana. Saya sadar, saya harus mulai membiasakan diri untuk rajin menulis, agar kemampuan saya semakin terasah dan dapat mencapai keinginan menjadi content creator.

Terdapat satu kalimat yang sangat bagus terkait peran content creator oleh Agus Sulistriyono yang dapat memacu minat saya untuk semakin memantapkan diri menjadi content creator, kira-kira seperti ini,

“tolonglah orang susah, kritisi pemerintah”

2 komentar: