Diklat Content Creator Hari ke 2: Mengupas Tuntas Konten Layak Tayang
dan Berkualitas
Melanjutkan agenda diklat content creator yang diadakan oleh LP2M
Universitas Jember yang juga bekerjasama dengan Pikiran Rakyat Media Network
(PRMN), di hari kedua diklat tidak hanya diberikan pemaparan materi namun juga mulai
diberikan tugas berupa praktik menulis untuk seluruh peserta.
Materi yang disampaikan oleh Agus
Sulistriyono selaku mentor diantaranya mengenai pengaruh konten terhadap
demografi pembaca, jenis-jenis konten media online, hukum pers, syarat konten
layak tayang, ciri-ciri konten berkualitas, keyword,
hingga perbedaan antara Search Engine
Optimization (SEO) friendly content,
human friendly content, dan evergreen content.
Beberapa materi yang menarik
minat saya yaitu tentang apa saja syarat konten layak tayang, ciri-ciri suatu
konten bisa dikatakan berkualitas, serta perbedaan antara SEO friendly content, human friendly content, dan evergreen content.
Syarat konten agar layak tayang
yaitu suatu konten harus lolos oleh editor, berisi informasi yang didasarkan
oleh fakta, sesuai dengan hukum pers, UU ITE, dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ),
serta sesuai dengan segmen media yang telah ditetapkan.
Perlu diketahui bahwa apabila
suatu konten telah lolos oleh editor maka bisa dipastikan untuk kerapian
tulisan, pemilihan diksi serta gramatika penulisan telah diperbaiki sehingga
suatu konten layak untuk dipublikasi.
Selain itu, informasi yang dimuat
dalam suatu konten juga harus diperhatikan khususnya yang berkaitan dengan
SARA, pornografi, atau topik sensitif lainnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak
menimbulkan salah paham terhadap beberapa pihak atau perkara serius yang
melanggar undang-undang.
Ciri-ciri suatu konten dinilai
berkualitas diantaranya mudah ditemukan dalam mesin pencari (findable), bisa dibagikan (shareable), mudah dibaca (readable), serta dapat selalu diingat (memorable).
Materi terakhir yang masih saya
ingat hingga saya sampai di kos ialah tentang perbedaan antara SEO friendly content, human friendly
content, dan evergreen content.
Tentu saya ingat karena selain menulis tulisan ini, saya masih memiliki
tanggungan 1 tugas lagi terkait materi tersebut.
Jadi, SEO friendly content merupakan konten yang ditulis berdasarkan
kaidah-kaidah SEO, mengandung keyword
yang telah ditentukan, mudah ditemukan, namun isinya belum tentu berkualitas.
Human friendly content adalah konten yang ditulis berdasarkan
kaidah-kaidah SEO, mengandung keyword
yang telah direncanakan, mudah ditemukan, dan isinya berkualitas. Dapat
dikatakan bahwa Human friendly content
sudah pasti CEO friendly content,
namun CEO friendly content belum
tentu Human friendly content.
Sedangkan evergreen content merupakan konten yang meskipun menghasilkan traffic yang kecil namun informasi di
dalamnya dapat terus dipasarkan dalam jangka waktu yang lama atau sepanjang
masa.
Hal ini berbeda dengan CEO friendly content dan Human friendly content yang mampu
menghasilkan traffic tinggi namun hanya
dalam jangka waktu yang singkat.
Usai pemaparan materi terakhir,
sebelum diklat hari kedua diakhiri, seluruh peserta diberikan tugas praktik untuk
menemukan ide dan membuat judul terkait trending
content sebanyak 2 judul dan evergreen
content sebanyak 10 judul.
Bagi saya yang tentu saja masih
amatir dalam dunia kepenulisan, sekadar membuat judul saja sudah cukup membuat
saya bingung, berpikir terlalu banyak dan ngelantur kemana-mana. Saya sadar, saya
harus mulai membiasakan diri untuk rajin menulis, agar kemampuan saya semakin
terasah dan dapat mencapai keinginan menjadi content creator.
Terdapat satu kalimat yang sangat
bagus terkait peran content creator oleh
Agus Sulistriyono yang dapat memacu minat saya untuk semakin memantapkan diri menjadi
content creator, kira-kira seperti
ini,
“tolonglah orang
susah, kritisi pemerintah”
Mantap
BalasHapusterima kasih mas Bagas wkwk
Hapus