Follow Us @nila_zulva

Rabu, 31 Maret 2021

Akhirnya ke Gunung Gajah Ponorogo

Akhirnya ke Gunung Gajah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Welcome 2021… :’)   Sedih.. blog agak terlantar..

But anyway, I have a story

Oke, pada tulisan kali ini, sesuai judul, aku akan menceritakan pengalaman berkunjung ke salah satu destinasi wisata paling top di Ponorogo, Jawa Timur, jeng jeng…. Gunung Gajah. Ya!

(Iklan: Jujur guys, ku bingung mau mulai nulis dari mana, Bahasa yang tak gunakan juga tak sesantuy yang dahulu gara-gara kebiasaan baru di tetangga sebelah yang kudu nulis formal, haish!)

Lanjut aja dah!

Eits! kalau mau nonton video vlog 'Jalan-Jalan ke Gunung Gajah' di YouTube, KLIK DI SINI

LOKASI | JARAK PUSAT KOTA

Oke, jadi begini, info singkat aja, dikutip dari disbudparpora.ponorogo.go.id, kenapa namanya Gunung Gajah? Karena gunung ini letaknya di Desa Gajah, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo. Jaraknya 24 kilometer ke arah tenggara dari pusat Kota Ponorogo atau sekitar 50 menit perjalanan menggunakan sepedah motor.

AWAL MULA | BERANGKAT

Sebelum masuk ke perjalanan, biar kuceritakan sedikit. Jadi, keinginan mengunjungi salah satu tempat wisata terindah di Ponorogo alias Gunung Gajah telah terlintas sejak saya masih SMA, namun, sayangnya hingga lulus kuliah pun, keinginan saya belum juga terwujud.

Apa alasannya? Ya, karena saya tidak punya SIM, karena saya sudah sangat yakin medannya akan sulit, dan saya yakin tidak akan sanggup melaluinya, karena saya kesulitan mencari partner dolan, khususnya laki-laki, serta tentu saja, bayangan capek mendaki, padahal saya belum pernah nyoba, niat pun belum, wkwk… haish! Payah ya?!

Sampai akhirnya, pada Jumat 12 Februari 2021, saya beneran berangkat ke puncak Gunung Gajah sana. Apakah direncanakan?! Tentu saja tidak! Seperti rumus kesuksesan sebuah rencana, yakni, DADAKAN! Catat itu! wkwkwk

Saya lebih ke ngawur dan agak nekat pas memutuskan untuk ikut ke Gunung Gajah sebenarnya. Bagaimana tidak, pada Rabu pagi hingga siang, saya pergi sama temen saya, sebut saja namanya ‘Sak’, ke Wisata Taman Soeharto yang sialnya ternyata tutup karena PPKM, saya lupa kalau lagi ada PPKM, haish!

Pada Rabu itu, saya sudah sadar betul merasa bahwa kondisi badan lagi kurang fit. Kemudian pada hari itu juga, tiba-tiba saya dihubungi teman saya yang lain, sebut saja ‘Mas’, tiba-tiba dia ngajak pergi ke Gunung Gajah, rencana berangkatnya Jumat.

Dengan agak ragu-ragu, saya menolak. La gimana, badan beneran kurang fit, dan takutnya kalau berangkat beneran dengan kondisi begitu bisa-bisa saya semaput alias pingsan sebelum seperempat perjalanan ke Gunung Gajah kulalui.

Namun di sisi lain, keinginan saya untuk ikut ke Gunung Gajah sangat besar dan seperti meronta-ronta di dalam jiwa, ahahaha… saya pengen ke sana!

Oke, saya punya kesempatan pada Kamis untuk istirahat total termasuk pikiran saya yang biasanya keluyuran kemana-mana. Saya harus mengendalikan diri setenang mungkin agar energi saya cepat pulih dan benar-benar sehat.

Pada Kamis malam, saya menghubungi si Mas untuk menyatakan bahwa ‘Oke, saya pengen ikut’. Mendengar itu, si Mas langsung menyarankan saya beli obat vitamin biar kesehatan saya pulih secepatnya. Oke saya juga mikir gitu, alhasil, saya budal pergi beIi obat, duh lupa namanya, oiya ingat! ‘Imbost Force’ yang harganya per biji Rp8 ribu! (Menurutku cukup mahal, wkwk)

Oke, aku langsung minum obat itu pada Kamis malam dan Jumat pagi sebelum berangkat, namun sayangnya, ternyata badan saya masih merasa agak meriang, dan membuatku sedikit ragu lagi, jadi ikut apa tidak? Namun ya… kupaksakan saja, harus ikut!

Siapa saja yang berangkat? Ada enam orang, bukan, harusnya tujuh, tapi temenku si Sak memutuskan tidak ikut saat kuhubungi karena memang rencana yang terlalu dadakan. Akhirnya saya berangkat dengan temen saya perempuan si Mas, dan empat teman laki-laki yakni si Set, si Man, si Ul, dan si Aw.

Btw semua temenku ini dulu satu sekolah MTs, jadi serasa reunian temen MTs, ehe!

GO!

Jumat pagi, saya segera bersiap sekitar pukul 07.00 WIB, saya memakai kaos lengan panjang hitam yang cukup tebal, celana baggypant milo, jilbab hitam rawis, dan tas slingbag mini berwarna cokelat yang tentunya berisi dompet, uang, dan Hp, oiya saya juga memakai sendal gunung milik adik saya dan jaket biru dongker. Wkwk kenapa tak tulis detail begini ya? Nggak penting, oke lanjot!

Saya mencoba memakan sarapan sebanyak mungkin, biar energi saya full. Temen saya si Mas sudah menjemput, oke let’s go! Tapi sebelum berangkat ke lokasi, saya dan teman-teman yang lain kumpul dulu nunggu di rumah si Aw. Oke lengkap! Budal!

Di antara kami berenam, sebenarnya tidak ada yang sebelumnya pernah pergi ke Gunung Gajah, alhasil, kami mengandalkan petunjuk jalan yang paling popular di dunia, Google Map.

Oke! Saya dibonceng oleh si Mas (Awalnya, pas di jalan yang masih aspal halus), terus kita bertukar posisi pas udah mulai memasuki jalanan agak terjal dan kasar dan berantakan dan sudah mulai rusak (alias aspal yang mulai rontok).

Jadi formasinya begini, saya dibonceng si Aw, Mas dibonceng si Man, dan Set bonceng si Ul.

Wokke, mangkat!

PERJALANAN

Ternyata oh ternyata! Kirain jalannya nggak senanjak dan serusak itu, tapi nyatanya, hm.. hm.. hm….

Jadi, di beberapa bagian jalannya bener-bener super nanjak, dengan kemiringan yang cukup curam, apalagi ditambah aspal yang rusak, hadeh… saya cuma bisa bantu doa aja deh, semangat ya Aw, teman MI sekaligus MTs sekaligus sopir handal yang membantu saya, ehe!

Sialnya, beberapa kali motor harus mogok di tengah jalan, apalagi pas super nanjak itu, berhenti di tengah jalan, ‘kagak kuat woy!’ mungkin begitu keluhan si motor kalau bisa ngomong.

Ya, saya terpaksa turun dari motor, bantu dorong dan jalan kaki. Soalnya kalau motornya dibuat boncengan kagak bisa jalan. Motor untuk sementara diistirahatkan biar tidak kepanasan.

Nah, saat momen saya jalan kaki itulah, saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak oleng tiba-tiba trus ambruk, semaput deh..

Sejujurnya, saat motor mogok dan saya kudu jalan kaki di rute yang menanjak, di situ saya benar-benar sakit, napas saya putus-putus padahal saya cuma jalan beberapa langkah (iya, memang payah). Tak ingin acara ini buyar gara-gara kepala saya puyeng mau pingsan, akhirnya sebisa mungkin saya tahan dan menenangkan diri.

Entah mengapa saya begitu yakin, mensugesti layaknya menghipnotis diri sendiri seperti yang dilakukan Om Rafael ahli hipnotis di televisi itu, bisa membuat saya kuat jiwa raga. Saat saya melangkahkan kaki di jalan yang menanjak sekitar tiga langkah, kepala saya mendadak oleng, badan saya terasa sempoyongan sekian detik, dalam hati saya bilang ‘ADUH!’.

‘Tidak bisa! Tidak boleh sakit! Tenang… Tarik napas, jalan pelan-pelan, sehat… sehat…’ kira-kira begitu monolog dalam diri saya.

Saya sudah menenangkan napas, mencoba tidak berpikir apapun dan berjalan mundur. Ya! Berjalan mundur ternyata lumayan membantu seolah-olah meringankan beban fisik di jalan menanjak, mata saya tak lagi memandang jauhnya jalan yang harus saya tanjak untuk mencapai temanku yang naik motor tadi, yang sudah mendahului sampai agak ke atas di jalan yang agak datar.

Teman saya mungkin sempat ngajak bicara ketika saya berjalan, tapi saya cuma meringis menanggapinya, la gimana, saya sudah nggak kuat mikir, apalagi memproses pikiran saya menjadikannya kata-kata yang keluar dari mulut menjadi suara, hadeh… capek!

PEMANDANGAN DAN JURANG DAN PUNCAK GUNUNG GAJAH

Tapi, untungnya lagi, saat saya berjalan mundur, saya sudah bisa melihat pemandangan yang cukup memesona. Saya sudah lumayan berada di dataran yang tinggi, jadi saya bisa melihat pemandangan pedesaan dari jauh, tebing-tebing juga tampak mengesankan. Yah… okelah, cukup membuat pikiran saya tenang sehingga Kembali bersemangat.

Oke, akhirnya sampai di puncak Gunung Gajah! Loh, mana puncaknya? Nggak ada apa-apanya? Ini beneran puncaknya?

Begitulah kesan pertama saat sampai di puncak Gunung Gajah, ya! Bukan hanya saya saja, teman-teman saya juga justru meragukan apakah sudah sampai di lokasi tujuan atau belum. Pasalnya, puncak tersebut hanya tampil sederhana tanpa tulisan atau apapun itu layaknya beberapa aksesoris sambutan yang biasa ada di tempat wisata.

Lokasinya hanya seperti dataran rata yang sempit, namun di ujungnya sudah jurang dan dari situ, kita bisa melihat pemandangan yang cukup menakjubkan. Kota Ponorogo yang damai dan tidak neko-neko tampil mungil dari puncak Gunung Gajah. Mantap pokok e!

Dan… ternyata! Tak jauh dari lokasi itu, merupakan puncak yang sesungguhnya dari Gunung Gajah, ada sedikit fasilitas sederhana seperti tempat duduk kayu dan tanah yang sudah dirapikan. Dari situ, pemandangan Kota Ponorogo Kembali tersaji dengan lebih mengagumkan. Jika ingin berfoto dari situ juga akan lebih estetik dan indah.

Dekat dari situ, juga ada beberapa warung makan yang menyediakan bakso, mie ayam, kopi, teh, dan makanan lainnya. Ada rumah warga juga, oke setelah sampai di puncak Gunung Gajah, kita memutuskan untuk makan siang dulu dengan menu mie ayam.

Selesai mengisi perut, kita berenam menghabiskan waktu menikmati pemandangan di puncak dan berfoto Bersama.

Sejauh mata memandang, semuanya tampak hijau dan masih sangat alami, di samping kanan dan kiri juga tampak bukit-bukit hijau yang mengagumkan. Melihat pemandangan asri nan hijau itu, pikiranku langsung menghayal, seakan-akan seperti di hutan rimba di film Jurrasic Park. Mirip lah, wkwk

Angin sesekali bertiup, lumayan dingin dan sejuk. Suara angin yang cukup keras beberapa kali sejujurnya agak membuatku heran. Saya nggumun dan norak dan bodo amat, wkwk…

Iya loh, beneran, unik suaranya, agak gimana… gitu, menggelegar tapi anginnya yang tak berwujud, ya iyalah. Nah, pokoknya, di puncak situ dipuas-puasin melototin pemandangan puncak Gunung Gajah yang tentu saja tidak akan bisa dibawa pulang, iya to!

Okay begitu sodara sodari

GO HOME

Iya, gitu doang, memangnya Anda mau apalagi? Wkwk… jadi begini, memang kalau pemandangan bagus itu jika dituliskan dengan kata-kata ya susah, sudah pasti tak sebagus kenyataannya, apalagi yang nulis saya, menusia desa biasa dan memang bukan penulis pro ya kan,

Kalau mau nikmatin pemandangan menakjubkan yang sesungguhnya, datang aja langsung ke puncak Gunung Gajah! Okay!

Oiya, btw, pas jalan pulang, widih, nggak kalah serem dan menurutku malah lebih susah, gimana kalian para sopir mampu menakhlukkan jalanan menukik tajam ke bawah, keandalan kaki untuk mengerem akan diuji di sini, biar Anda selamat dan tidak keblasok terus jungkel, trus guling-guling dan akhirnya wasalam.

Intinya, tetep hati-hati dan buat cewe mending 100 persen diboncengin aja sama yang laki yang berpengalaman berkendara di jalan rusak ehehe… kagak usah bantah, demi keamanan Anda mulai berangkat hingga pulang selamat bisa bubuk cantik di rumah, okay!

Eits, kecuali kalau memang kalian ciwi-ciwi yang rumahnya di daerah pegunungan, medan susah begitu kemungkinan sudah biasa ya?

Okay! Terima kasih… semoga… semoga.. apa ya?

Semoga memberi gambaran sedikit tentang wisata Gunung Gajah dong pastinya, ehe!

Salam Coret!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Gile! Ane nulis tulisan gini doang butuh waktu seminggu loh, tapi cuma malem doang sih nulisnya, ehe! Gini nih kalau nggak bisa konsisten tiap hari nulis, males menghadang selalu di depan pokoknya, but… ya… alhamdulillah finally done! Enjoy!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar