Akhirnya ke Gunung Gajah
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Welcome 2021… :’) Sedih.. blog agak terlantar..
But anyway, I have a story
Oke, pada tulisan kali ini,
sesuai judul, aku akan menceritakan pengalaman berkunjung ke salah satu destinasi wisata paling top di Ponorogo, Jawa
Timur, jeng jeng….
Gunung Gajah. Ya!
(Iklan: Jujur guys, ku bingung
mau mulai nulis dari mana, Bahasa yang tak gunakan juga tak sesantuy yang
dahulu gara-gara kebiasaan baru di tetangga sebelah yang kudu nulis formal,
haish!)
Lanjut aja dah!
Eits! kalau mau nonton video vlog 'Jalan-Jalan ke Gunung Gajah' di YouTube, KLIK DI SINI
LOKASI | JARAK PUSAT KOTA
Oke, jadi begini, info singkat aja, dikutip dari
disbudparpora.ponorogo.go.id, kenapa namanya Gunung Gajah? Karena gunung ini letaknya di Desa Gajah,
Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo.
Jaraknya 24 kilometer ke arah tenggara dari pusat Kota Ponorogo atau sekitar 50 menit
perjalanan menggunakan sepedah motor.
AWAL MULA | BERANGKAT
Sebelum masuk ke perjalanan, biar kuceritakan
sedikit. Jadi, keinginan mengunjungi salah satu tempat wisata terindah di Ponorogo
alias Gunung Gajah telah terlintas sejak saya masih SMA, namun, sayangnya
hingga lulus kuliah pun, keinginan saya belum juga terwujud.
Apa alasannya? Ya, karena saya tidak punya SIM,
karena saya sudah sangat yakin medannya akan sulit, dan saya yakin tidak akan
sanggup melaluinya, karena saya kesulitan mencari partner dolan, khususnya
laki-laki, serta tentu saja, bayangan capek mendaki, padahal saya belum pernah
nyoba, niat pun belum, wkwk… haish! Payah ya?!
Sampai akhirnya, pada Jumat 12 Februari 2021,
saya beneran berangkat ke puncak Gunung Gajah sana. Apakah direncanakan?! Tentu
saja tidak! Seperti rumus kesuksesan sebuah rencana, yakni, DADAKAN! Catat itu!
wkwkwk
Saya lebih ke ngawur dan agak nekat pas
memutuskan untuk ikut ke Gunung Gajah sebenarnya. Bagaimana tidak, pada Rabu
pagi hingga siang, saya pergi sama temen saya, sebut saja namanya ‘Sak’, ke Wisata Taman
Soeharto yang sialnya ternyata tutup karena PPKM, saya lupa kalau lagi ada PPKM,
haish!
Pada Rabu itu, saya sudah sadar betul merasa bahwa kondisi
badan lagi kurang fit. Kemudian pada hari itu juga, tiba-tiba saya dihubungi
teman saya yang lain, sebut saja ‘Mas’, tiba-tiba dia ngajak pergi ke Gunung Gajah, rencana berangkatnya
Jumat.
Dengan agak ragu-ragu, saya menolak. La gimana,
badan beneran kurang fit, dan takutnya kalau berangkat beneran dengan kondisi
begitu bisa-bisa saya semaput alias pingsan sebelum seperempat
perjalanan ke Gunung Gajah kulalui.
Namun di sisi lain, keinginan saya untuk ikut
ke Gunung Gajah sangat besar dan seperti meronta-ronta di dalam jiwa, ahahaha…
saya pengen ke sana!
Oke, saya punya kesempatan pada Kamis untuk
istirahat total termasuk pikiran saya yang biasanya keluyuran kemana-mana. Saya harus mengendalikan diri setenang
mungkin agar energi saya cepat pulih dan benar-benar sehat.
Pada Kamis malam, saya menghubungi si Mas untuk
menyatakan bahwa ‘Oke, saya pengen ikut’. Mendengar itu, si Mas langsung
menyarankan saya beli obat vitamin biar kesehatan saya pulih secepatnya. Oke
saya juga mikir gitu, alhasil, saya budal pergi beIi obat, duh lupa namanya,
oiya ingat! ‘Imbost Force’ yang harganya per biji Rp8 ribu! (Menurutku cukup
mahal, wkwk)
Oke, aku langsung minum obat itu pada Kamis
malam dan Jumat pagi sebelum berangkat, namun sayangnya, ternyata badan saya masih merasa agak meriang, dan membuatku sedikit ragu lagi, jadi ikut apa tidak? Namun ya… kupaksakan saja, harus
ikut!
Siapa saja yang berangkat? Ada enam orang,
bukan, harusnya tujuh, tapi temenku si Sak memutuskan tidak ikut saat kuhubungi
karena memang rencana yang terlalu dadakan. Akhirnya saya berangkat dengan
temen saya perempuan si Mas, dan empat teman laki-laki yakni si Set, si Man, si
Ul, dan si Aw.
Btw semua temenku ini dulu satu sekolah MTs, jadi serasa reunian temen MTs, ehe!
GO!
Jumat pagi, saya segera bersiap sekitar pukul
07.00 WIB, saya memakai kaos lengan panjang hitam yang cukup tebal, celana baggypant
milo, jilbab hitam rawis, dan tas slingbag mini berwarna cokelat yang
tentunya berisi dompet, uang, dan Hp, oiya saya juga memakai sendal gunung milik
adik saya dan jaket biru dongker. Wkwk kenapa tak tulis detail begini ya? Nggak
penting, oke lanjot!
Saya mencoba memakan sarapan sebanyak mungkin,
biar energi saya full. Temen saya si Mas sudah menjemput, oke let’s go! Tapi sebelum
berangkat ke lokasi, saya dan teman-teman yang lain kumpul dulu nunggu di rumah
si Aw. Oke lengkap! Budal!
Di antara kami berenam, sebenarnya tidak ada
yang sebelumnya pernah pergi ke Gunung Gajah, alhasil, kami mengandalkan
petunjuk jalan yang paling popular di dunia, Google Map.
Oke! Saya dibonceng oleh si Mas (Awalnya, pas di
jalan yang masih aspal halus), terus kita bertukar posisi pas udah mulai
memasuki jalanan agak terjal dan kasar dan berantakan dan sudah mulai rusak
(alias aspal yang mulai rontok).
Jadi formasinya begini, saya dibonceng si Aw,
Mas dibonceng si Man, dan Set bonceng si Ul.
Wokke, mangkat!
PERJALANAN
Ternyata oh ternyata! Kirain jalannya nggak
senanjak dan serusak itu, tapi nyatanya, hm.. hm.. hm….
Jadi, di beberapa bagian jalannya bener-bener
super nanjak, dengan kemiringan yang cukup curam, apalagi ditambah aspal yang
rusak, hadeh… saya cuma bisa bantu doa aja deh, semangat ya Aw, teman MI sekaligus MTs sekaligus sopir handal yang membantu saya, ehe!
Sialnya, beberapa kali motor harus mogok di
tengah jalan, apalagi pas super nanjak itu, berhenti di tengah jalan, ‘kagak
kuat woy!’ mungkin begitu keluhan si motor kalau bisa ngomong.
Ya, saya terpaksa turun dari motor, bantu
dorong dan jalan kaki. Soalnya kalau motornya dibuat boncengan kagak bisa
jalan. Motor untuk sementara diistirahatkan biar tidak kepanasan.
Nah, saat momen saya jalan kaki itulah, saya
berusaha semaksimal mungkin untuk tidak oleng tiba-tiba trus ambruk, semaput
deh..
Sejujurnya, saat motor mogok dan saya kudu
jalan kaki di rute yang menanjak, di situ saya benar-benar sakit, napas saya
putus-putus padahal saya cuma jalan beberapa langkah (iya, memang payah). Tak ingin acara ini buyar
gara-gara kepala saya puyeng mau pingsan, akhirnya sebisa mungkin saya tahan
dan menenangkan diri.
Entah mengapa saya begitu yakin, mensugesti
layaknya menghipnotis diri sendiri seperti yang dilakukan Om Rafael ahli
hipnotis di televisi itu, bisa membuat saya kuat jiwa raga. Saat saya
melangkahkan kaki di jalan yang menanjak sekitar tiga langkah, kepala saya
mendadak oleng, badan saya terasa sempoyongan sekian detik, dalam hati saya
bilang ‘ADUH!’.
‘Tidak bisa! Tidak boleh sakit! Tenang… Tarik
napas, jalan pelan-pelan, sehat… sehat…’ kira-kira begitu monolog dalam diri
saya.
Saya sudah menenangkan napas, mencoba tidak
berpikir apapun dan berjalan mundur. Ya! Berjalan mundur ternyata lumayan
membantu seolah-olah meringankan beban fisik di jalan menanjak, mata saya tak
lagi memandang jauhnya jalan yang harus saya tanjak untuk mencapai temanku yang
naik motor tadi, yang sudah mendahului sampai agak ke atas di jalan yang agak
datar.
Teman saya mungkin sempat ngajak bicara ketika
saya berjalan, tapi saya cuma meringis menanggapinya, la gimana, saya sudah
nggak kuat mikir, apalagi memproses pikiran saya menjadikannya kata-kata yang
keluar dari mulut menjadi suara, hadeh… capek!
PEMANDANGAN DAN JURANG DAN PUNCAK GUNUNG GAJAH
Tapi, untungnya lagi, saat saya berjalan
mundur, saya sudah bisa melihat pemandangan yang cukup memesona. Saya sudah
lumayan berada di dataran yang tinggi, jadi saya bisa melihat pemandangan pedesaan
dari jauh, tebing-tebing juga tampak mengesankan. Yah… okelah, cukup membuat
pikiran saya tenang sehingga Kembali bersemangat.
Oke, akhirnya sampai di puncak Gunung Gajah!
Loh, mana puncaknya? Nggak ada apa-apanya? Ini beneran puncaknya?
Begitulah kesan pertama saat sampai di puncak
Gunung Gajah, ya! Bukan hanya saya saja, teman-teman saya juga justru meragukan
apakah sudah sampai di lokasi tujuan atau belum. Pasalnya, puncak tersebut
hanya tampil sederhana tanpa tulisan atau apapun itu layaknya beberapa
aksesoris sambutan yang biasa ada di tempat wisata.
Lokasinya hanya seperti dataran rata yang
sempit, namun di ujungnya sudah jurang dan dari situ, kita bisa melihat
pemandangan yang cukup menakjubkan. Kota Ponorogo yang damai dan tidak neko-neko
tampil mungil dari puncak Gunung Gajah. Mantap pokok e!
Dan… ternyata! Tak jauh dari lokasi itu,
merupakan puncak yang sesungguhnya dari Gunung Gajah, ada sedikit fasilitas
sederhana seperti tempat duduk kayu dan tanah yang sudah dirapikan. Dari situ,
pemandangan Kota Ponorogo Kembali tersaji dengan lebih mengagumkan. Jika ingin
berfoto dari situ juga akan lebih estetik dan indah.
Dekat dari situ, juga ada beberapa warung makan
yang menyediakan bakso, mie ayam, kopi, teh, dan makanan lainnya. Ada rumah
warga juga, oke setelah sampai di puncak Gunung Gajah, kita memutuskan untuk
makan siang dulu dengan menu mie ayam.
Selesai mengisi perut, kita berenam
menghabiskan waktu menikmati pemandangan di puncak dan berfoto Bersama.
Sejauh mata memandang, semuanya tampak hijau
dan masih sangat alami, di samping kanan dan kiri juga tampak bukit-bukit hijau
yang mengagumkan. Melihat pemandangan asri nan hijau itu, pikiranku langsung menghayal,
seakan-akan seperti di hutan rimba di film Jurrasic Park. Mirip lah, wkwk
Angin sesekali bertiup, lumayan dingin dan
sejuk. Suara angin yang cukup keras beberapa kali sejujurnya agak membuatku
heran. Saya nggumun dan norak dan bodo amat, wkwk…
Iya loh, beneran, unik suaranya, agak gimana…
gitu, menggelegar tapi anginnya yang tak berwujud, ya iyalah. Nah, pokoknya, di
puncak situ dipuas-puasin melototin pemandangan puncak Gunung Gajah yang tentu
saja tidak akan bisa dibawa pulang, iya to!
Okay begitu sodara sodari
GO HOME
Iya, gitu doang, memangnya Anda mau apalagi? Wkwk…
jadi begini, memang kalau pemandangan bagus itu jika dituliskan dengan
kata-kata ya susah, sudah pasti tak sebagus kenyataannya, apalagi yang nulis
saya, menusia desa biasa dan memang bukan penulis pro ya kan,
Kalau mau nikmatin pemandangan menakjubkan yang
sesungguhnya, datang aja langsung ke puncak Gunung Gajah! Okay!
Oiya, btw, pas jalan pulang, widih,
nggak kalah serem dan menurutku malah lebih susah, gimana kalian para sopir
mampu menakhlukkan jalanan menukik tajam ke bawah, keandalan kaki untuk mengerem
akan diuji di sini, biar Anda selamat dan tidak keblasok terus jungkel,
trus guling-guling dan akhirnya wasalam.
Intinya, tetep hati-hati dan buat cewe mending
100 persen diboncengin aja sama yang laki yang berpengalaman berkendara di
jalan rusak ehehe… kagak usah bantah, demi keamanan Anda mulai berangkat hingga
pulang selamat bisa bubuk cantik di rumah, okay!
Eits, kecuali kalau memang kalian ciwi-ciwi
yang rumahnya di daerah pegunungan, medan susah begitu kemungkinan sudah biasa
ya?
Okay! Terima kasih… semoga… semoga.. apa ya?
Semoga memberi gambaran sedikit tentang wisata Gunung
Gajah dong pastinya, ehe!
Salam Coret!
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Gile! Ane nulis tulisan gini doang butuh waktu
seminggu loh, tapi cuma malem doang sih nulisnya, ehe! Gini nih kalau nggak bisa
konsisten tiap hari nulis, males menghadang selalu di depan pokoknya, but…
ya… alhamdulillah finally done! Enjoy!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar