Follow Us @nila_zulva

Jumat, 27 Agustus 2021

Periode Tangis yang Tak Bisa Dikendalikan

 

Periode Tangis yang Tak Bisa Dikendalikan

Bismillahirrahmanirrahim


Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh


Hm… Tarik napas, tahan… keluarkan, mari kita menulis kembali…. KITA? Aku aja kali kalian nggak, wkwk, kalian baca aja, kalau mau nulis, bisa di kolom komentar, oke?!


Entah mungkin sudah setahun lebih kali ya? Sekali lagi, blog ini terlantar, GOODONGARING


Tapi meski akan sering terlantar untuk sementara, aku pasti akan kembali dan mengisinya lagi, dengan tulisan


Oke! Berkaitan dengan judul, duh bahasaku agak kaku dan formal ya? Haha… gara-gara … yah itulah

Oke, Kembali ke Lap! Top! Haduh.. garing emang


Oke oke, jadi begini, sesuai usiaku sekarang, yang… 20 +++ atau yang bahasa kerennya, di masa quarter life crisis cielah… mungkin aku lagi masuk masa itu kali ya,


Jadi, di masa 20 +++ ini, aku merasa masuk dunia baru, kelas baru, dan belajar pelajaran baru, bedanya, di masa ini, aku nggak punya guru, buku, atau penjelasan apapun kayak di sekolah atau kampus.


Yang ada, aku menjalani kehidupan ini mengalir apa adanya, eak! Dan menurutku, guru yang bisa mengarahkanku di masa ini ya, semua pengalaman hidup selama dua puluh tahun sebelumnya.


Entah mengapa tapi aku merasa begitu, dan entah mengapa pula, semua hal-hal sakit hati yang dulu-dulu sempat aku lupakan dan sempat kesulitan mengingat, tiba-tiba, di masa ini, semuanya muncul bergiliran, sampai-sampai aku speechless dan, wah weh woh planga-plongo


Ngerasa kayak, eh ternyata dulu aku begini, baru inget, oiya ya, ya begitu


Dari ingatan-ingatan burem yang ujuk-ujuk muncul menyerang, sakit memang, tapi, semua itulah yang membuatku merasa belajar lagi dan menyadari banyak hal, kayak, oh… ternyata dulu aku begini, makanya sekarang aku jadi orang yang begini, begitu wkwk


Sebenarnya ada banyak hal dari diriku sendiri yang selama ini membuatku pusing, khususnya sikap-sikap yang bagiku tanpa sadar ku lakukan dan ku nilai kurang tepat, sepanjang waktu aku bertanya-tanya, mengapa sikapku terbiasa begini dan bukan begindang? Eh begitu? Kayak orang-orang tuh? WHYYYY? (kalau kata Coki Muslim)


Nah, setelah ingat masa surem itu tadi, sadarlah aku dengan bentukan diriku sekarang ini…


Selanjutnya? Perkara TANGIS yang sudah nangkring di judul tulisan ini, ya,


Sepanjang dua puluh tahun hidup di dunia yang indah luar biasa ini, iya, indah banget! Aku orang yang cukup Tangguh dalam perkara ngempet alias nahan ngeluarin air mata alias nangis.


Kalau biasanya, pas masa kuliah, temenku kebanyakan mumet perkara tugas atau kangen pengen pulang kampung sudah bisa bikin nangis, bagiku itu bukan sesuatu yang sedih atau patut ditangisi, gaya banget emang, wkwk


Et! Tapi, aku nemu sebuah pernyataan psikologi, bahwa ‘Orang yang jarang nangis justru orang yang lemah’, dan aku setuju! Wkwk.. aku ngaku kalau aku memang lemah, iya, sadar kok saya


Karena ya, aku merasa justru aku yang jarang nangis, aku merasa mentalku yang paling lemah diantara teman-temanku yang nangisan itu, iya begitu…


Tapi gini ya, aku juga pernah nangis kok tapi jarang, kalau pun nangis, aku bakal sebisa mungkin menyembunyikannya dari siapapun


Oh iya, satu lagi, entah karena saking aku gengsi tingkat tinggi nggak mau nangis di depan orang, tangisanku akhirnya jadi sering salah tempat, iya! La gimana, masa pas nonton film yang sedih dikit auto ambyar, bahkan, parahnya, nonton film komedi yang pemeran utamanya Dodit Mulyanto komika itu, aku bisa nangis sesegukan di menit-menit awal, entah di mana letak kesedihannya? Aku juga bingung, tapi atiku rasane wes teriris-iris, duh!


Nggak Cuma itu, banyak hal sepele yang entah mengapa justru mampu membuat air mataku ambyar begitu derasnya, tapi pas perkara serius yang patut ditangisi, ku justru kesulitan mengambyarkan air mata ini, wkwk


BUT!


Kehebatanku menahan air mata saat ada masalah datang ternyata ada batasnya, iya, pada 20 +++ inilah, entah, mungkin, air mataku mengalami error, kayak program komputer yang error itu,


La gimana, aku merasa segala hal, entah itu sedih atau tidak, sudah bisa membuatku ambyar, nangis sejadi-jadinya


Mengalami kebingungan ini, aku jadi berpikir, apa ini karma? Gara-gara bertahun-tahun sebelumnya aku begitu sombongnya tak ingin berurai air mata secara normal? Trus inilah masa air mata yang tertahan-tahan itu akhirnya ambyar juga, ambyar sampai tidak terkendali seperti itu?


Satu hal lagi, di masa 20 +++ ini, entah mengapa hal yang amat sangat sepele sangat mudah membuatku menangis, fix, aku berevolusi jadi orang yang nangisan


Selain itu, apapun yang kulihat dan ku pikirkan, semuanya tersaji begitu menyedihkan dan menyakitkan, entah pemandangan sedih dari mana tapi itulah yang kulihat dan kurasakan, haish!


Kayak, dalam pertunjukan komedi sekalipun, aku dengan gampangnya mampu melihat sisi sedih dari komedi itu, sedih… mulu hidup, sampai aku bingung bukan kepalang dan bertanya-tanya pada diri sendiri ada apa gerangan yang terjadi?


Ya, masih, idealismeku untuk anti curhat-curhat club masih kuterapkan, di tengah kebingunganku yang gampang banget sedih, aku mencoba memecahkan teka-teki itu, dan ku merasa menyadari sesuatu,


Sakit hati yang dulu-dulu, memori burem dan buluk dan buruk yang dulu-dulu, kayak gentayangan di masa 20 +++ ku ini, berseliweran dalam setiap hidupku hingga membuatku sering nangis tanpa sebab dan akibat


(Sekilas info, waw banyak juga ya, sudah tiga halaman ms. word nulis segini wkwk)


Oiya, atas semua kebingungan itu, aku mengerti satu hal yang amat sangat paling penting sekali! (iya, hiperbola). Satu masalah dalam hidupku yang belum bisa ku selesaikan, dan aku yakin ini juga merupakan masalah sejuta umat, kalian yang baca kayaknya iya juga deh, wkwk


AKU BELUM BISA MEMAAFKAN DIRIKU SENDIRI


Iya, luka-luka lama yang seharusnya sudah memfosil puluhan tahun nyatanya belum bisa ku terima dan kumaafkan dan ku istirahatkan dengan tenang, alhasil, sampai sekarang diriku masih terbayang-bayang dan suka sakit hati sendiri, dan menjadi super duper sensitif


(sebentar, saya minum dulu, napas dulu)


Saking sensitifnya, aku pernah berpikir, gimana jalani hidup kalau dikit-dikit nangis? Hadeh… tapi, meskipun sekarang jadi nangisan, saya jamin, siapapun teman saya di dunia nyata, bahkan keluarga saya sendiri, eh kok jadi saya, saya ya? Wkwk aku maksudnya, mereka nggak akan nyangka kalau aku sebenarnya sering nangis


Ya, rumus yang masih kupegang dan menjadi bagian dari idealismeku, aku kalau nangis sebisa mungkin secara sembungi-sembunyi, biar nggak ketahuan penjajah, eh bukan, orang lain maksudnya. Nah, untuk melancarkan rumus itu, juga diperlukan rumus lain yakni kalau nangis sebisa mungkin nggak pake suara, iya, jadi kayak dimute gitu wkwk


Eh tapi sakit sih itu, kayak… kata-katanya siapa ya, pokoknya, ‘Nangis tanpa suara adalah sakit yang paling menyakitkan’, haduh…. Sesek nyeri-nyeri cenat-cenut gimana… gitu


Tapi ya gimana lagi, kebiasaan begitu, soalnya nih, kalau ujuk-ujuk aku nangis, justru akan tampak aneh, dan bikin orang lain agak panik dan bertanya-tanya dan akhirnya aku males jawab apalagi jelasin apa sebabnya ya kan,


Nah, setelah badai nangisan kulewati, sekarang ku mencoba untuk menata diri lagi, aku akan berusaha keras menjadi diriku sendiri dan memaafkan diriku sendiri, aku akan belajar menjadi egois biar aku tetap waras, aku nggak akan mau lagi ikut campur urusan orang yang tidak semestinya aku campuri, dan begitu seterusnya,


Intinya, aku ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan, tanpa paksaan dan tuntutan dari siapapun, aku ingin bebas secara nyata


Kurasa itulah obatnya, meskipun nyata-nyata aku adalah seorang anak yang tumbuh dengan kebebasan penuh, (terima kasih pak e dan buk e), tapi aku justru tanpa sadar memenjarakan diriku sendiri


Hm… mungkin itu


Seperti biasa, aku tidak tahu tulisan ini bisa bermanfaat dari segi mananya? Tapi, yah… semoga bemanfaat,


Salam Coret!


Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh


By. NZR

Mari menjadi nangisan wkwk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar