Periode Tangis yang Tak Bisa Dikendalikan
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Hm… Tarik napas,
tahan… keluarkan, mari kita menulis kembali…. KITA? Aku aja kali kalian nggak,
wkwk, kalian baca aja, kalau mau nulis, bisa di kolom komentar, oke?!
Entah
mungkin sudah setahun lebih kali ya? Sekali lagi, blog ini terlantar,
GOODONGARING
Tapi meski akan
sering terlantar untuk sementara, aku pasti akan kembali dan mengisinya lagi,
dengan tulisan
Oke!
Berkaitan dengan judul, duh bahasaku agak kaku dan formal ya? Haha… gara-gara …
yah itulah
Oke, Kembali
ke Lap! Top! Haduh.. garing emang
Oke oke,
jadi begini, sesuai usiaku sekarang, yang… 20 +++ atau yang bahasa kerennya, di
masa quarter life crisis cielah… mungkin aku lagi masuk masa itu kali
ya,
Jadi, di
masa 20 +++ ini, aku merasa masuk dunia baru, kelas baru, dan belajar pelajaran
baru, bedanya, di masa ini, aku nggak punya guru, buku, atau penjelasan apapun
kayak di sekolah atau kampus.
Yang ada,
aku menjalani kehidupan ini mengalir apa adanya, eak! Dan menurutku, guru yang
bisa mengarahkanku di masa ini ya, semua pengalaman hidup selama dua puluh
tahun sebelumnya.
Entah mengapa tapi aku merasa begitu, dan entah mengapa pula, semua hal-hal sakit hati yang dulu-dulu sempat aku lupakan dan sempat kesulitan mengingat, tiba-tiba, di masa ini, semuanya muncul bergiliran, sampai-sampai aku speechless dan, wah weh woh planga-plongo
Ngerasa kayak,
eh ternyata dulu aku begini, baru inget, oiya ya, ya begitu
Dari ingatan-ingatan
burem yang ujuk-ujuk muncul menyerang, sakit memang, tapi, semua itulah
yang membuatku merasa belajar lagi dan menyadari banyak hal, kayak, oh…
ternyata dulu aku begini, makanya sekarang aku jadi orang yang begini, begitu
wkwk
Sebenarnya
ada banyak hal dari diriku sendiri yang selama ini membuatku pusing, khususnya
sikap-sikap yang bagiku tanpa sadar ku lakukan dan ku nilai kurang tepat,
sepanjang waktu aku bertanya-tanya, mengapa sikapku terbiasa begini dan bukan begindang?
Eh begitu? Kayak orang-orang tuh? WHYYYY? (kalau kata Coki Muslim)
Nah,
setelah ingat masa surem itu tadi, sadarlah aku dengan bentukan diriku
sekarang ini…
Selanjutnya?
Perkara TANGIS yang sudah nangkring di judul tulisan ini, ya,
Sepanjang
dua puluh tahun hidup di dunia yang indah luar biasa ini, iya, indah banget! Aku
orang yang cukup Tangguh dalam perkara ngempet alias nahan ngeluarin air
mata alias nangis.
Kalau
biasanya, pas masa kuliah, temenku kebanyakan mumet perkara tugas atau
kangen pengen pulang kampung sudah bisa bikin nangis, bagiku itu bukan sesuatu
yang sedih atau patut ditangisi, gaya banget emang, wkwk
Et! Tapi, aku
nemu sebuah pernyataan psikologi, bahwa ‘Orang yang jarang nangis justru
orang yang lemah’, dan aku setuju! Wkwk.. aku ngaku kalau aku memang lemah,
iya, sadar kok saya
Karena ya, aku
merasa justru aku yang jarang nangis, aku merasa mentalku yang paling lemah
diantara teman-temanku yang nangisan itu, iya begitu…
Tapi gini
ya, aku juga pernah nangis kok tapi jarang, kalau pun nangis, aku bakal sebisa
mungkin menyembunyikannya dari siapapun
Oh iya,
satu lagi, entah karena saking aku gengsi tingkat tinggi nggak mau nangis di
depan orang, tangisanku akhirnya jadi sering salah tempat, iya! La gimana, masa
pas nonton film yang sedih dikit auto ambyar, bahkan, parahnya, nonton
film komedi yang pemeran utamanya Dodit Mulyanto komika itu, aku bisa nangis
sesegukan di menit-menit awal, entah di mana letak kesedihannya? Aku juga
bingung, tapi atiku rasane wes teriris-iris, duh!
Nggak Cuma itu,
banyak hal sepele yang entah mengapa justru mampu membuat air mataku ambyar
begitu derasnya, tapi pas perkara serius yang patut ditangisi, ku justru kesulitan
mengambyarkan air mata ini, wkwk
BUT!
Kehebatanku
menahan air mata saat ada masalah datang ternyata ada batasnya, iya, pada 20
+++ inilah, entah, mungkin, air mataku mengalami error, kayak program komputer yang
error itu,
La gimana,
aku merasa segala hal, entah itu sedih atau tidak, sudah bisa membuatku ambyar,
nangis sejadi-jadinya
Mengalami kebingungan
ini, aku jadi berpikir, apa ini karma? Gara-gara bertahun-tahun sebelumnya aku
begitu sombongnya tak ingin berurai air mata secara normal? Trus inilah masa
air mata yang tertahan-tahan itu akhirnya ambyar juga, ambyar
sampai tidak terkendali seperti itu?
Satu hal lagi,
di masa 20 +++ ini, entah mengapa hal yang amat sangat sepele sangat mudah
membuatku menangis, fix, aku berevolusi jadi orang yang nangisan
Selain itu,
apapun yang kulihat dan ku pikirkan, semuanya tersaji begitu menyedihkan dan
menyakitkan, entah pemandangan sedih dari mana tapi itulah yang kulihat dan
kurasakan, haish!
Kayak,
dalam pertunjukan komedi sekalipun, aku dengan gampangnya mampu melihat sisi
sedih dari komedi itu, sedih… mulu hidup, sampai aku bingung bukan kepalang dan
bertanya-tanya pada diri sendiri ada apa gerangan yang terjadi?
Ya, masih, idealismeku
untuk anti curhat-curhat club masih kuterapkan, di tengah kebingunganku yang
gampang banget sedih, aku mencoba memecahkan teka-teki itu, dan ku merasa
menyadari sesuatu,
Sakit hati
yang dulu-dulu, memori burem dan buluk dan buruk yang dulu-dulu,
kayak gentayangan di masa 20 +++ ku ini, berseliweran dalam setiap hidupku
hingga membuatku sering nangis tanpa sebab dan akibat
(Sekilas
info, waw banyak juga ya, sudah tiga halaman ms. word nulis segini wkwk)
Oiya, atas
semua kebingungan itu, aku mengerti satu hal yang amat sangat paling penting
sekali! (iya, hiperbola). Satu masalah dalam hidupku yang belum bisa ku
selesaikan, dan aku yakin ini juga merupakan masalah sejuta umat, kalian yang
baca kayaknya iya juga deh, wkwk
AKU BELUM BISA MEMAAFKAN DIRIKU SENDIRI
Iya,
luka-luka lama yang seharusnya sudah memfosil puluhan tahun nyatanya belum bisa
ku terima dan kumaafkan dan ku istirahatkan dengan tenang, alhasil, sampai
sekarang diriku masih terbayang-bayang dan suka sakit hati sendiri, dan menjadi
super duper sensitif
(sebentar,
saya minum dulu, napas dulu)
Saking sensitifnya,
aku pernah berpikir, gimana jalani hidup kalau dikit-dikit nangis? Hadeh… tapi,
meskipun sekarang jadi nangisan, saya jamin, siapapun teman saya di dunia
nyata, bahkan keluarga saya sendiri, eh kok jadi saya, saya ya? Wkwk aku
maksudnya, mereka nggak akan nyangka kalau aku sebenarnya sering nangis
Ya, rumus
yang masih kupegang dan menjadi bagian dari idealismeku, aku kalau nangis sebisa
mungkin secara sembungi-sembunyi, biar nggak ketahuan penjajah, eh bukan, orang
lain maksudnya. Nah, untuk melancarkan rumus itu, juga diperlukan rumus lain
yakni kalau nangis sebisa mungkin nggak pake suara, iya, jadi kayak dimute
gitu wkwk
Eh tapi
sakit sih itu, kayak… kata-katanya siapa ya, pokoknya, ‘Nangis tanpa suara
adalah sakit yang paling menyakitkan’, haduh…. Sesek nyeri-nyeri
cenat-cenut gimana… gitu
Tapi ya
gimana lagi, kebiasaan begitu, soalnya nih, kalau ujuk-ujuk aku nangis,
justru akan tampak aneh, dan bikin orang lain agak panik dan bertanya-tanya dan
akhirnya aku males jawab apalagi jelasin apa sebabnya ya kan,
Nah, setelah
badai nangisan kulewati, sekarang ku mencoba untuk menata diri lagi, aku akan berusaha
keras menjadi diriku sendiri dan memaafkan diriku sendiri, aku akan belajar menjadi
egois biar aku tetap waras, aku nggak akan mau lagi ikut campur urusan orang
yang tidak semestinya aku campuri, dan begitu seterusnya,
Intinya, aku
ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan, tanpa paksaan dan tuntutan dari
siapapun, aku ingin bebas secara nyata
Kurasa itulah
obatnya, meskipun nyata-nyata aku adalah seorang anak yang tumbuh dengan
kebebasan penuh, (terima kasih pak e dan buk e), tapi aku justru tanpa
sadar memenjarakan diriku sendiri
Hm… mungkin
itu
Seperti
biasa, aku tidak tahu tulisan ini bisa bermanfaat dari segi mananya? Tapi, yah…
semoga bemanfaat,
Salam Coret!
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
By. NZR
Mari menjadi nangisan wkwk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar