Follow Us @nila_zulva

Selasa, 22 Maret 2022

AGAK LEBAY? TAPI KADANG NYATA ADANYA

 


AGAK LEBAY? TAPI KADANG NYATA ADANYA

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Melalui tulisanlah semuanya [pemikiranku] bisa memiliki tempat, hak bebasnya, dan hak hidupnya. Aku tak ingin lagi membunuh diriku sendiri dalam imajinasiku, menumpas segala pemikiranku hanya karena berbeda dari kebanyakan orang. Satu-satunya tempat yang paling cocok ialah tulisan. Aku tidak percaya lagi kepada manusia 100%, juga, aku masih amat sangat sulit mengatakan bahwa ada kata ‘sahabat’ yang bisa kusematkan pada manusia. Bagiku istilah sahabat seperti mitos, antara ada dan tiada dalam kamus hidupku. I am sorry...

Aku benar-benar tak pernah curhat atau cerita kepada siapapun tentang apapun yang terjadi dalam diriku. Untuk hal normal dan ringan tentu aku masih bisa bercanda dan berbagi dengan teman, tapi yang bagiku menyinggung privasi sedikit saja, aku memilih menyimpannya untuk diriku sendiri, sepahit apapun dan sehancur apapun. Aku telah berhenti curhat sejak SMP akhir, saat SMA aku benar-benar menelan semuanya bulat-bulat untuk diriku sendiri, tanpa pernah bercerita kepada siapapun. Aku benar-benar akan berpikir berkali-kali dulu, sampai kepalaku pusing, mempertimbangkan segalanya, apakah aku perlu curhat? Dan tentu, konflik batin akan selalu menyimpulkan jawaban yang sama, tidak perlu curhat! Sejujurnya dengan menahan semuanya, aku sendiri merasa diriku sumpek, bingung, dan seperti terjadi ledakan-ledakan di dalamnya, karena segala emosional yang kutahan sendiri tanpa pernah kubagikan.

Why?

Aku sadar, betapa memang benar-benar BENAR apa yang diungkapkan oleh sahabat nabi yang cerdas dan mulia ini,

“Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak membutuhkan itu, dan yang membencimu tidak mempercayai itu.” – Ali bin Abi Thalib

Aku benar-benar membuktikannya secara nyata, aku diam-diam memperhatikan, meneliti setiap sekian detik yang berlangsung ketika aku sedang berinteraksi dengan temanku atau siapapun itu. Aku selalu berusaha menjadi pendengar yang baik, menanggapi apa yang ia tanyakan atau ucapkan, memahaminya, memberikannya perhatian penuh. Lalu, pada saat tertentu, aku mencoba berargumen, menceritakan apa yang bisa kuceritakan, kuharap aku mendapat respon yang sama, [memang dasar! Jangan berharap kepada selain Allah] tahukah apa yang kudapat? Aku sama sekali tak melihat perhatian lawan bicaraku pada argumen yang sedang kusuarakan, mereka justru sering memotong cepat dan mengganti topik pembahasan sebelum aku selesai berbicara. Maka, yang terjadi, pada kesadaran saat itu juga, aku merasa tertikam dengan kesakitan tertahan yang amat sakit, rasanya persis tepat di jantung yang berdenyut semakin tak karuan, sakit sekali. Aku tidak hanya mengalaminya sekali, tapi berkali-kali dan beberapa orang, ah... [sad]

Aku benar-benar tidak mengerti, bahkan sekadar mendengarkan ceritaku sampai selesai, mereka seperti tidak tahan, tidak tahan untuk lebih menceritakan ceritanya sendiri. Mereka sama sekali tak menaruh perhatian sedikitpun pada apa yang kuucapkan. Aku lelah, aku.. aku benar-benar tidak mengerti lagi... [cry?]

Jadi, bukti nyata kata-kata luar biasa dari Ali Bin Abi Thalib benar-benar telah memberiku pelajaran, aku yang memang sudah seperti patung pasti akan lebih menjadi patung kuadrat, karena yang kutahu, orang lain tak akan pernah peduli dengan apa yang kuceritakan, tak akan pernah peduli! Itu sudah cukup! Aku tak perlu lagi repot mengoceh tentang apapun, karena semuanya tak ada artinya bagi orang lain, bersimpuh dihadapan-Nya pasti lebih nikmat, nyaman, mendapat perhatian full, dan pastilah pilihan yang amat sangat tepat!

Sekian

Terima Kasih

Salam Coret!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar