CAMPING PANTAI SIALAN
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kata ‘Sialan’ di judul menandakan tulisan ini
mengisahkan pengalaman sialan yang menyebalkan, tapi ya sudahlah………………….
Waktu itu masih di tanah perantauan. Menjelang
kelulusan tapi masih ribet banyak urusan. Alhamdulillah aku mulai sembuh
dari sakit dan harus susah payah menyicil hutang puasa sebulan penuh.
Hari itu, salah satu hari saat aku berpuasa
karena hutang yang harus kubayar. Teman ‘dekat jarak’ nyeletuk dadakan
menawarkan pergi refreshing camping di pantai. Aku yang sebenarnya agak
khawatir dengan fisikku yang gampang ambruk apalagi sedang puasa, sejenak
menguatkan diri dan membulatkan tekad seketika. Aku langsung antusias
mengiyakan ajakan temanku itu, sebut saja si X (cewek).
Tapi… momen camping di pantai harus
kulakukan dengan dua orang lainnya yang sebenarnya aku nggak akrab. Cuma
sebatas kenal saja, keduanya adalah teman dari temanku si X. Mereka bertiga
satu kelas, sedangkan aku beda kelas, sederhananya begitu.
Honestly, aku bukan orang yang pandai beradaptasi atau
bergaul sekadar basa-basi dengan orang asing atau orang baru atau orang yang
tidak terlalu akrab apalagi sebatas kenal, tapi… karena aku terlanjur tergiur
dengan imajinasi dan ilusi camping di pantai yang luar biasa indah dalam
khayalan, yah... bodo amatlah, budal saja. Mau nanti suasana agak awkward,
canggung, atau kikuk, yang penting bisa tahu suasana mantai malam-malam kayak
gimana. Soalnya aku nggak pernah.
Sayangnya, ketidaknyamananku bertambah ketika
temanku si X ternyata ngasih tahu bahwa dia tidak bisa berangkat ke pantai
bersama, di waktu dan tempat yang sama. Jadi begini, 2 teman si X, sebut saja Y
(cewek) dan Z (cowok).
Rencananya kami berangkat berempat, aku, X, Y,
dan Z, 3 cewek, 1 cowok. Si X boncengan sama si Y, dan aku disuruh boncengan
sama Z. Begitu. Nah pas sore hari, ketika jam mau berangkat ke pantai tiba, si
X ngabari dia akan berangkat bareng si Y tapi berangkatnya dari rumah Y. Sedangkan
aku yang ada di kosan, akan dijemput Z. Terus kita akan bertemu di suatu tempat
lalu berangkat berempat bersama.
Tahu tidak? Sudah kusebutkan bahwa aku begitu excited
dengan rencana camping di pantai, alhasil, karena saking semangatnya,
aku rela beli beberapa cemilan untuk bekal menikmati suasana di pantai
malam-malam, pasti asyikkan?! Kira-kira begitu bayanganku. Padahal uang sakuku
tinggal sedikit.
Aku pun menyiapkan tas ransel besar yang biasa
aku pakai ngampus saat bawa laptop. Dalam tas itu aku isi cemilan yang sudah
kubeli, satu botol air mineral, mukena, dan jaket temanku si X karena dia
ngabari kalau lupa bawa jaketnya dan minta tolong dibawakan. Ya sudah semuanya
masuk! Lumayan berat sih.
Sekitar pukul 16.00 WIB aku sudah siap di
kosan, tinggal nunggu jemputan si Z. Tapi si Z ngabari ternyata dia ada
halangan, jadi baru bisa berangkat 16.30 WIB. Terlambat 30 menit!
Sejujurnya, saat keterlambatan itu, aku
merasakan hal yang aneh, curiga, maksudku… ‘ini jadi ke pantai atau tidak?’
(seketika pikiran itu terlintas di otak). La gimana, perjalanan ke pantai
hampir satu jam, lah ini setengah 5 sore belum berangkat, sampai pantai mau jam
berapa?
Oke, akhirnya si Z sampai juga di depan
kosanku, aku segera pakai helm dan naik di motor boncengan belakang. Aku bilang
aku ‘siap’, biasalah, ngasih aba-aba kalau posisiku yang dibonceng ini sudah
siap gitu.
Nah, si Z ini, malah tiba-tiba nanya ‘mau ke
mana?’. Jujur ketika dia tanya itu, aku agak kesal sekaligus menduga kuat,
‘kayaknya nggak jadi ke pantai deh, (pikirku)’. Udah dikasih tahu rencana mau
ke pantai pake nanya mau kemana? Gimana si lu?
Oke, aku dan Z akhirnya berangkat. Ketika
mendekati pasar, aku dan Z melipir ke pinggir jalan, nungguin temenku si X dan
Y. Tahukah Anda, saat itu hari sudah lumayan sore menjelang gelap, tambah
gerimis pula, perasaanku auto agak kesel nggak enak, ‘fix kayaknya batal
ke pantai’ (batinku lagi dan lagi).
Nah, aku sama si Z nunggu di pinggir jalanan
yang lumayan rame, aku yang merasa mulai capek bawa ransel besar karena puasa,
akhirnya mulai duduk jongkok tanpa kursi, tambah kehujanan gerimis pula. Aku
dan si Z saat itu bener-bener canggung banget suasananya. Aku juga mulai badmood
nggak ngomong apapun kalau nggak ditanya. Sialnya lagi aku nggak punya paketan
internet, tapi untungnya aku ada pulsa, alhasil, nomor temanku si X aku telpon
berkali-kali sampai diangkat. Ketika diangkat, aku agak kaget, la gimana,
bisa-bisanya temanku bilang masih belum berangkat dan masih di rumahnya si Y.
WTF!
Lah, saya nih, udah nunggu di pinggir jalan,
hujan-hujanan, canggung sama di Z, mulai lemes juga karena puasa, ANDA TAHU
TIDAK!!!!???
Selama menunggu kedatangan temanku si X dan Y,
aku hanya sok sibuk buka tutup hp nggak jelas sampai kepalaku mulai agak pusing.
Aku sudah males mau ngobrol sama si Z dan nggak niat juga mau ngajak ngobrol.
Sekian menit kemudian, si X yang berboncengan
dengan Y akhirnya datang. Oke berangkatlah kita berempat. Sepanjang perjalanan,
tahukah? Pengen banget rasanya waktu itu banting Hp milik si X temenku itu
sampai hancur lebur. La gimana, masa si X sengaja merekam aku yang berboncengan
dengan si Z, again, WTF!!!!!!!!
Sejujurnya aku SANGAT TIDAK SUKA! kayak diapain
ya, aku boncengan sama cowok atau aku sedang duduk sama cowok siapa gitu terus
di cie-cie in gitu, ngerti kan? Apa-apaan!? Apa maksud ANDA? La itu aku dan si
cowok lagi nggak ada hubungan apa-apa, jangankan hubungan, kenal beneran aja
nggak!
Saat masih otw di jalan, hujan yang tadinya
gerimis malah sesekali menjadi deras. Terus, motor X dan Y sempat mampir buat
isi angin karena agak kempes, dan waktu sudah hampir maghrib, mungkin nggak
sampai 5 menit kemudian, adzan maghrib sudah berkumandang, dan kita berempat
masih sampai kota! Perjalanan ke pantai masih JAUUUUUUUUUUUUH banget! Lagi-lagi
aku membatin kuat bahwa rencana camping di pantai BATAL!
Kita berempat akhirnya belok ke sebuah tempat
pujasera yang cukup luas. Mampir ke tempat makan dan pesen makan. Kami duduk
dan menunggu makanan datang, dan tahukah? Sampai momen itu, CUMA AKU DOANG YANG
NGGAK TAHU BAHWA CAMPING DI PANTAI FIX BATAL!
Oke, saat nunggu makanan datang aku sempatkan
dulu sholat maghrib, setelahnya, aku Kembali nunggu. Saat itu, makananku datang
duluan, aku yang puasa sendiri, meskipun sejujurnya laper banget dan lemes dan
muak dan kecewa dengan semuanya, tapi aku tetep nunggu makanan mereka bertiga
datang juga, terus kita makan bareng, gitu.
Pas semua makanan dah datang, aku makan nasi
goreng pesananku, nasi goreng yang tampilannya cukup menggoda tapi entah
mengapa pas tak kunyah nggak ada rasanya, hambar banget! Aku mau nelen sampek
nggak sanggup, mau ngabisin juga butuh effort banget, padahal sedang
laper. Yah… apalagi, kecewa banget malam itu, sampe nafsu makan yang harusnya
gede seketika ilang entah ke mana.
Tidak, penderitaanku malam itu belum berakhir,
aku yang saat itu bisa dibilang orang asing diantara mereka, cuma bisa duduk
diem kayak orang GOBL*K DAN TOL*L denger mereka yang asyik ngobrol ngalor
ngidul perkara urusan di kelas mereka. Lah aku yang nggak tahu apa-apa dan
nggak nyaut cuma bisa pura-pura sok sibuk buka nutup Hp yang nggak ada
paketannya. Bayangin! Hpku nggak ada game dan nggak ada simpenan download tan
video youtube yang bisa ditonton juga! Aku ngapain coba!? Alhasil aku cuma pura-pura
ngetik di aplikasi catatan, entah aku ngetik apa waktu itu, yang jelas, selama
aku diam dan nggak jelas buka nutup Hp, kepalaku makin pusing dan perutku
rasanya mual. Yah… begitulah yang aku rasakan kalau aku bingung akut sekaligus
cemas! Pengen banget malam itu pulang cepet, tapi mana bisa, la aku berangkat
dibonceng si Z. Mau nekat kabur cari angkot kalau malem nggak ada, mau cari
taksi nggak ada duit pula. Alhasil, mau tidak mau, bisa tidak bisa, aku
menikmati penderitaanku semua-muanya!
Entah pas nunggu makanan datang, atau pas
makan, atau pas sesudah makan, si X dan Y dan Z baru NGOMONG kenapa malam itu
batal ke pantai. Ternyata ibunya si Y nggak ngizinin! Tau gitu aku pilih pulang
aja, nggak ikut sejak tadi sore, aku pulang ke kosan naik angkot sendiri aja
juga nggak apa-apa!
Setelah selesai makan, kami berempat sempat main
truth or dare gitu. Saat itu, kepalaku agak enteng sedikit karena
akhirnya ada kegiatan yang jelas selain buka tutup Hp. Tapi… selama main itu,
aku cuma bisa pura-pura sok asyik dan ketawa palsu, haha hihi doang di muka
tapi di hati tidak, DUH!
Entahlah, aku di sini ngerasa kayak semacam
ditipu? Dikhianati? Apa gimana ya? Aku sendiri bingung, tapi jujur aku sangat
KECEWA! Kenapa nggak bilang dari awal kalau rencananya batal!? Apa aku yang
berlebihan? Lebay dengan semua situasi ini?
Bagaimana kalau aku list, berangkat
dengan COWOK yang nggak terlalu kenal, itu sudah membuatku menyiapkan mental
yang nggak gampang! Tahu nggak?! Aku ngeluarin uangku yang memang sudah sedikit
tambah sedikit yang harusnya nggak perlu, buat beli cemilan! Aku bawa ransel
sendiri yang nggak enteng! Aku PREPARE SEMUANYA! ANDAI KALIAN TAHU ITU!
Sementara kalian, kayak… santuy banget nggak bawa apa-apa (ternyata batal?), how
stup*d am I?! Nggak menyadari rencana batal itu dari awal.
Di perjalanan pulang setelah makan, aku dah
nggak kuat, aku nangis diam-diam di sepanjang jalan, sesekali aku cepat-cepat hapus
pipiku yang basah air mata karena motor kami dengan X dan Y saling berpapasan.
Sampai di kosan, aku masih tutup rapat semua
cemilan yang ada di ransel. Sengaja aku tidak beri tahu si X, kalau tahu,
mungkin dia akan merasa bersalah? Tahu bahwa aku kayak mempersiapkan semuanya,
berharap beneran camping di pantai ternyata batal dan dia nggak ngasih
tahu dari awal?
Keesokan harinya, aku segera pergi ke kosan
temenku yang lain, sebut saja si W, aku bawa ransel berisi cemilan itu, aku
berikan semuanya untuk temanku W itu. Entahlah, saat itu aku sampai tidak nafsu
buat ikut makan cemilan yang sudah kubeli itu. Kecewa sekali!
Tapi sekarang, 2 tahun berlalu, X yang begitu
menyebalkan dan memuakkan waktu itu justru menjadi teman yang paling dekat
denganku, melalui dirinya aku belajar banyak tentang pertemanan yang sebenarnya,
tentang bagaimana menjaga hubungan, menilai seseorang tidak hanya pada satu
momen, tapi sepanjang waktu saat bersamanya, saat dulu atau nanti di masa
mendatang.
Selama ini juga, aku baru menyadari bahwa ternyata
aku benar-benar tidak memiliki teman dekat, atau… aku yang memang sengaja tidak
menginginkannya? Aku terlalu takut merasakan sakit hati dari hubungan
pertemanan.
Aku juga belajar bagaimana sisi memuakkan harus
tetap diterima, karena masih ada sisi menyenangkan lain membentang begitu luas,
tentu akan lebih bodoh lagi jika aku membencinya hanya karena waktu itu, dan
menutup mata dengan segala hal baik darinya yang begitu banyak jumlahnya.
Malam itu memang sangat menyakitkan karena aku
tak akan pernah lupa, karena momen seperti dikhianati itu, momen mengerikan
yang hampir sama seperti luka 15 tahun lalu. Pelajaran yang harus aku pelajari
sepanjang hidup adalah memaafkan luka-luka itu dan berdamai dengan diri
sendiri.
Sekian. Salah coret!
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar